KUASA DI DALAM PENGAMPUNAN

 


PENDAHULUAN


Ambisi berkuasa, itulah yang menggulung kehidupan manusia modern. Tidak terkecuali, saya juga kena; Gereja hancur karena ambisi itu.

Konsep kuasa yang keliru! Kuasa duniawi, kuasa kedagingan, padahal yang lebih luhur seharusnya kuasa rohaniah, bukanlah pengikut Yesus seharusnya orang-orang rohani?!

Kuasa usir setan; kuasa menyembuhkan, kuasa membangkitkan mujizat; semuanya semarak! Semuanya dapat diperoleh dari Iblis! Tertipu.
Kuasa tersembunyi, tidak semarak! Tidak dapat diperoleh dari Iblis. Tidak mungkin tertipu!

--<O>--


1. PENGAMPUNAN: DASAR KESELAMATAN PENGIKUT YESUS
Luk.1:76-77, keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa.
Mat.6:14-15.

2. PENGAMPUNAN: BENTENG PERTAHANAN PENGIKUT YESUS
Mama, kena santet Muchtar Linggang, mengampuni, itulah kuasa pengampunan. Mengampuni --> anak-anak TUHAN! Kebal santet. Mat.5:45. Karena dengan demikian... kamu menjadi anak-anak Bapamu

3. PENGAMPUNAN: SERANGAN STRATEGIK PENGIKUT YESUS
1Yoh.5:16. Pencuri singkong, tukang-copet di bis-kota, petugas l.l.; tepat sekal: kasih menutupi banyak dosa!
Luk.23:**** kuasa di dalam pengampunan
Dukun-dukun Muchtar, Umar, Ali, Khadijah. Ilmu-ilmu Iblis yang tercabut!
Saya dengan Agus Suyono;

4. PENGAMPUNAN: -MENAKLUKKAN- MEMENANGKAN LAWAN
Melumpuhkan kuasa-kuasa Iblis!

1Yoh.5:16, mohon ampun untuk orang lain, dan dia diselamatkan!
Anton Tobing, diampuni, dimenangkan dan diselamatkan!

TANTANGAN.
Suami-iseri, orang tua-anak, teman sekerja.
Anda tidak mengampuni? Lawan celaka, anda binasa, Sorga berduka; Iblis tertawa
Anda mengampuni: Lawan -menang- dimenangkan, anda -kalah- selamat, Sorga gembira, Iblis kecewa!

5. PENGAMPUNAN: MEMULIHKAN DIRI SENDIRI !
Luka-luka batin. Persengketaan Marpaung dengan Guru Huria, di GKPI. Pertarungan Kebenaran, Marpaung dipulihkan. Baca ABSALOM.

6. PENGAMPUNAN: KELUHURAN PENGIKUT YESUS
-Beri ampun- Sampaikan pengampunan.
Anton Tobing.

7. PENGAMPUNAN: MILIK YANG TAKKAN HABIS TERKURAS!
Renungan tentang Lukas-16!

--<O>--




Di
antara
dua paham ini,
mana yang anda anut?
.........................
Memberi ampun adalah pertanda:
berhati rapuh, berjiwa lemah keluhuran budi, seperti Yesus!
...........................................
Selanjutnya, meminta ampun adalah pertanda:
lemah hati, tidak perkasa, berjiwa budak! rendah hati; nanti akan ditinggikan oleh TUHAN!


Sadarkah anda, bahwa sebagian dari paham di atas bersumber dari Iblis, sedangkan sisanya adalah pengajaran Tuhan Yesus? Tetapkanlah mana yang anda mau anut, lalu terapkanlah di dalam hidup anda! Pasti anda beroleh:

KUASA DI DALAM PENGAMPUNAN



P E N D A H U L U A N

Para kekasih Yesus Kristus, dengan mudah anda dapat mengamati bahwa dalam kehidupan modern ini, manusia sudah dilanda oleh ambisi berkuasa. Keinginan untuk berkuasa, untuk memerintah, bahkan untuk menguasai dan mengendalikan orang lain sudah menjadi keinginan yang umum! Jujur saja, saya, penulis buku ini juga dahulunya terkena rangsangan ambisi tersebut. Bukan hanya masyarakat umum, tidak hanya orang-orang 'dunia', masyarakat gerejawi juga sudah tertular penyakit ini, sehingga ada gereja-gereja yang hancur karena perebutan kekuasaan di antara sesama pengurusnya yang sudah digulung oleh ambisi berkuasa itu!

Tidaklah salah kalau manusia memiliki ambisi berkuasa, namun jika konsep tentang 'kuasa' itu keliru, maka hasilnya akan menimbulkan pertarungan belaka.

KONSEP TENTANG KE'KUASA'AN YANG PALING KELIRU adalah yang dianut oleh manusia-manusia primitif, yakni 'kuasa' dalam pengertian menjajah atau memperbudak orang lain, juga kebebasan memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri! Itu adalah konsep 'kuasa' duniawi, atau 'kuasa' kedagingan, yang sayangnya masih dianut oleh manusia modern, bahkan dianut juga oleh sebagian pendeta dan mereka yang mengaku hamba Tuhan! Tanpa sadar, mereka sedang merendahkan derajat mereka sendiri ke taraf primitif, bahkan ke taraf hewani (homo homini lupus)

Kalau anda mengaku pengikut Yesus, simaklah pengajaranNya pada Yoh.6:63: "...Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna..." Jadi, kuasa-kedagingan itu tidak banyak manfaatnya. Anda dan saya seharusnya mengejar kuasa-rohani, kuasa yang lebih luhur. Kita seharusnya memanfaatkan kuasa-rohani yang disediakan Tuhan Yesus bagi para pengikutNya, agar mencapai kemenangan rohani di dalam arena kehidupan!

KONSEP TENTANG KE'KUASA'AN YANG MULAI BENAR dianut oleh segolongan hamba Tuhan yang sudah lebih terbuka mata-rohaninya. Yakni para hamba Tuhan yang sudah memiliki pengenalan pribadi akan Yesus Kristus. Golongan ini sudah mengenal dan memanfaatkan berbagai 'kuasa'-rohani: kuasa mengusir setan; kuasa menyembuhkan penyakit, kuasa membangkitkan mujizat, dan lain-lainnya. Semuanya bagus, kalau sudah diuji dan ternyata bersumber dari Tuhan Yesus!

Namun dari golongan hamba Tuhan ini ada yang terkecoh oleh semarak yang lahir dari pemilikan kuasa-rohani tadi! Mereka tidak insyaf bahwa semua jenis 'kuasa' tadi dapat diperoleh dari Iblis! Mengapa? Sebab dukun-dukun (hamba Iblis) juga mampu mengusir setan, dengan memanfaatkan kuasa penghulu setan! Dukun-dukun juga (tanpa diajar menguji roh) mampu menyembuhkan penyakit, dengan kuasa Iblis. Malah lebih mudah dari pada upaya-nya para hamba Tuhan! Karena Iblis yang suka menggocoh manusia dengan sakit-penyakit, maka dengan mudah Iblis mencabut penyakit dari manusia, demi mempromosikan dan mempopulerkan hamba-hambanya, para dukun! Maka para dukun ini tampil seolah-olah lebih hebat, lebih ampuh, seolah-olah lebih benar, dari pada para hamba Tuhan!

Para hamba Tuhan diajar melalui Alkitab untuk menguji roh. Termasuk menguji karunia-karunia roh. Maka mereka yang (karena terbuai oleh semarak 'kuasa-kuasa' tadi) tidak melakukan pengujian, menjadi mudah tertipu oleh sesuatu karunia yang sesungguhnya berasal dari Iblis!

KONSEP TENTANG KE'KUASA'AN YANG BENAR-BENAR BENAR, akan disajikan oleh buku ini. Sebahagian saja, karena keterbatasan ruangan. Kepada anda akan diuraikan tentang 'kuasa' yang tersembunyi, 'kuasa' yang tidak menjanjikan semarak! 'Kuasa' begini tidak dapat diberikan oleh Iblis, sehingga anda tidak mungkin tertipu! Istimewanya pula, 'kuasa' itu tidak ada habisnya, sumber yang tak pernah kering, karena bukannya karunia Roh yang dapat berakhir <1Kor.13:8>. 'Kuasa' yang saya maksudkan adalah: KUASA DI DALAM PENGAMPUNAN!

Silahkan anda membaca cepat-cepat, seperti membaca novel; maka anda beroleh berkat yang nyaris tidak berarti. Atau anda membaca dengan perlahan-lahan, mencernakannya dengan baik, maka berkat yang anda peroleh menjadi lebih bagus! Pengertian yang mendalam tentang pengampunan! Tetapi hanya sampai kepada pengertian!

Berkat yang paling luhur hanya akan diperoleh oleh segolongan pembaca yang mencernakan isi buku ini dengan teliti, serta melakukan berbagai saran di dalamnya. Jangan ketinggalan, panjatkanlah doa-doa pribadi yang dianjurkan! Maka anda termasuk kepada golongan yang akan beroleh kuasa yang hebat itu, beserta berkat-berkat yang dibawanya, kendati tiada semarak!! Halleluyah, semarak itu akan anda peroleh di rumah Bapa, karena anda memastikan diri masuk ke dalamnya!

--<O>--


1. PENGAMPUNAN: DASAR KESELAMATAN PENGIKUT YESUS

Pembaca yang mengaku pengikut Yesus Kristus tentunya memahami sungguh arti 'keselamatan' yang disediakan oleh Tuhan Yesus, sehingga penulisan buku ini tidak lagi ditujukan untuk menguraikan hal itu. Masalahnya adalah: begitu larutnya umat Kristiani dalam kehidupannya sehari-hari, maupun dalam kehidupan berbakti, sehingga adakalanya prinsip-prinsip yang mendasar boleh jadi terlupakan, dan tanpa disadari sudah dilanggar, dengan akibat (kadang-kadang) sampai kehilangan 'keselamatan' itu sendiri!

Oleh pertimbangan tadi, maka Bab ini hanya akan meninjau kembali prinsip yang menjadi dasar 'keselamatan' umat Kristiani, yang sebagian umat sudah melupakannya, tertulis pada Luk.1:67,76-77,

<67> Dan Zakharia, ayahnya (-Yohanes Pembaptis, pen), penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: ".................
<76> Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk memepersiapkan jalan bagiNya, <77> untuk memberikan pengertian kepada umatNya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, <78>..."

Pesan Alkitab ini diucapkan oleh Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis, pada masa dia penuh dengan Roh Kudus <ay.67>; dia bernubuat, setelah kelahiran anaknya. Jelaslah bahwa pesan ini bersumber dari TUHAN sendiri, sehingga penting kita simak: keselamatan yang dijanjikan oleh TUHAN berdasarkan pengampunan dosa-dosa umat; jadi bukan berdasarkan usaha manusia, bukan berdasarkan urapan, bukan berdasarkan baptisan, bukan pula berdasarkan jabatan gerejawi ataupun ijazah Sekolah Alkitab!!

Para kekasih Kristus, sekalipun anda saat ini menyandang titel Sarjana Theologia, ataupun jabatan Kepala Gereja, semuanya itu tidak menjamin keselamatan anda. Pengampunan dosa-dosa anda, itu yang menjadi jaminan bagi keselamatan anda. Dan bagaimanakah datangnya pengampunan dosa-dosa anda dan saya?

Tigapuluhan tahun kemudian Yesus, Anak Manusia mengajarkannya secara lebih jelas, di dalam 'Doa Bapa kami' yang diajarkanNya kepada para muridNya <Mat.6:12>:"...dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami..."

Pembaca yang saya kasihi, kalimat terakhir tadi mengajarkan dasar keselamatan bagi setiap pengikut Yesus: PENGAMPUNAN! Kalimat tadi mengajar pula tentang dua perkara yang harus dilakukan untuk beroleh pengampunan dari Tuhan Yesus:

(1) meminta ampun atas setiap kesalahan, dan
(2) mengampuni orang lain.

Pengajaran ini jelas dan gamblang, namun herannya, banyak umat Kristiani enggan melakukannya. Mengapa?

Pada hemat saya (ini hasil pengamatan dari pelayanan pribadi yang kami sampaikan bagi ratusan saudara yang memikul masalah kehidupan), keengganan itu sangat boleh jadi berakar dari keberhasilan Iblis menanamkan dua konsep yang menyesatkan umat. Konsep yang kelihatannya benar, tetapi langsung membentur dan menyingkirkan kebenaran TUHAN dari otak manusia, umat TUHAN, yang membuka diri bagi konsep-konsep itu:

* bahwa minta ampun setelah berbuat salah adalah kelemahan hati, bersemangat budak, bahkan kehinaan;
* bahwa mengampuni orang yang telah merugikan atau menyiksa kita adalah pertanda berhati rapuh atau kekalahan!

Saudara, kalau anda sampai saat ini masih menganut konsep yang demikian, wai bagi anda! Konsep yang benar, yang Alkitabiah, yang diajarkan oleh Yesus adalah:

* meminta ampun sambil mengakui kesalahan, menunjukkan sikap yang rendah hati, dan barangsiapa merendahkan dirinya, ia akan ditinggikan <Mat.23:12>!
* memberi ampun, sebagaimana halnya semua tindakan 'memberi' menunjukkan kemurahan hati, seperti Bapa <Luk.6:36>. Maka murah hati adalah mulia, luhur! Sebab pernyataan kasih yang utama adalah 'memberi' <Luk.6:27-36>

Inilah tantangan bagi anda: paham manakah anda mau anut, paham yang Ilahi ini, ataukah paham Iblisi, yang sebelumnya? Anda harus mengambil keputusan sendiri tentang hal itu!

Selanjutnya, dari dua perkara yang harus terjadi itu (diampuni dan mengampuni) perlu pula difikirkan: mana yang lebih dahulu harus terjadi atau dilakukan? Kata 'seperti' dari Mat.6:12 tadi ("...dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami...") menjadi kunci jawabannya.

Tuhan mengampuni kita seperti... apa? Seperti pengampunan kita terhadap orang lain! Berarti: kita lebih dahulu mengampuni saudara kita, barulah TUHAN mengampuni kita, seperti pengampunan yang kita berikan itu!! Sekali lagi: seperti pengampunan yang kita berikan. Jika anda mengampuni dengan setengah hati, pengampnan Tuhan bagi anda, ya seperti itu pula. Jika anda mengampuni dengan sepenuh hati, anda beroleh pengampunan Tuhan sepenuh hatiNya pula! Jelas sekali, bukan? Namun sebagian umat Kristiani tidak mau mengampuni saudaranya. Sebagian lain meragukan prinsip ini, seolah-olah hanya hasil pemikirannya saudara Situmorang saja!

Maka Yesus sendiri menegaskan apa yang dimaksudkan dalam pengajaran 'Doa Bapa kami', pada Mat.6:14-15,

"...<14> Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. <15> Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Dengan penegasan ini, maka prinsip 'mengampuni, minta ampun, baru diampuni' tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mereka yang mengaku pengikut Yesus tidak dapat berdalih-dalih lagi. Hanya ada dua pilihan: mengampuni lebih dahulu, barulah beroleh pengampunan, ataukah menolak memberi ampun, dengan akibat nyata: kehilangan keselamatan, yang berarti pula tidak ikut serta dalam kehidupan kekal. Manakah yang anda pilih?

--<O>--


2. PENGAMPUNAN: BENTENG PERTAHANAN PENGIKUT YESUS

Saudara pembaca yang saya kasihi, sebagian umat Kristiani mengira bahwa pengampunan atau pekerjaan memberi ampun hanyalah menunjukkan kelemahan belaka. Seolah-olah si pengampun adalah orang yang lemah-hati, kurang perkasa, mudah ditaklukkan orang lain. Mereka tidak menyadari bahwa itu hanyalah konsep penyesatan yang berasal dari Iblis! Sebab orang-orang yang tidak mau mengampuni, kelihatannya saja perkasa, namun pada saat itu juga sudah jatuh di bawah cengkeraman Iblis!
Mari, saya ajak anda merenungkan kebenarannya, dalam suatu ilustrasi berikut ini:

Seorang rekan sekerja, suku Bali, penganut agamanya yang lumayan tekun, bertanya kepada saya: "Pak Situmorang, saya kurang mengerti mengapa orang Kristen diajar untuk: 'tempeleng-pipi-kanan,beri-pipi-kiri'!?" Segera saya teringat akan sabda Yesus pada Mat.5:39.
Puji TUHAN, rekan itu bertanya kepada seorang hamba Tuhan yang beroleh gemblengan dari Yesus sendiri, sehingga dapat menjelaskannya secara menyenangkan hati Yesus Kristus.

Saya menjawabnya dengan pertanyaan: "Bagaimanakah reaksi Arjuna (tokoh wayang yang perkasa), sewaktu dia ditikam oleh seorang lawannya dari kaum Kurawa? Bukankah Arjuna mengatakan 'Tidak terasa, pilihlah bagian yang lebih empuk', sambil menyodorkan bagian perutnya?" Rekan itu mengiakan.

"Apakah Arjuna segera meringis kesakitan dan menyatakan 'harus kubalas kamu!? 'Kan sakit 'tuh tikamanmu!' Apakah Arjuna akan berkata demikian?" tanya saya lagi kepada rekan itu. Kali ini rekan itu menggelengkan kepalanya.

"Bung," lanjut saya, "sikap Arjuna tadi, itulah keperkasaan, bukan kecengengan! Yesus tidak suka pengikutNya ber sikap cengeng! Yesus menghendaki para pengikutNya orang-orang perkasa, yang tidak merasakan kesakitan karena ditempeleng, tidak mengidap kebencian karena dilukai! Yesus sendiri adalah pribadi yang perkasa; Dia mengampuni orang-orang yang telah menyiksa, yang bahkan menyalibkan Dia. Maka ciri pengikut Yesus yang sungguh adalah tidak cengeng, tidak segera membalas, tetapi mudah mengampuni. Merekalah orang-orang perkasa!"

Rekan itu terdiam, bungkam, dan saya dapat memperkirakan bahwa penjelasan demikian menjadi renungan untuk waktu yang lama baginya!

Saudara yang kekasih, mengertikah anda sekarang pengajaran Yesus itu? Murid Yesus yang sungguh harus membentengi dirinya dari serangan-orang-lain- roh-kebencian dengan kemampuan mengampuni yang diperolehnya dari Yesus Kristus! Dengan mengampuni, maka murid Yesus batal membenci. Sebaliknya, tanpa mengampuni, anda akan dirasuk roh-kebencian, terjerumus ke dalam kebencian, yang mudah diikuti oleh pembalasan dendam, terus mengikuti sifat-sifat Iblisi lainnya! Dengan cepat anda akan diproses menjadi anak-Iblis! Relakah anda menjadi anak Iblis?

Mari, saudara, tinjaulah satu perumpamaan yang disajikan oleh Yesus sendiri dalam Mat.18:23-35.
<23> Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. <24> Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. <25> Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. <26> Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. <27> Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan utangnya.
<28> Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! <29> Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. <30> Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
<31> Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. <32> Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. <33> Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti akupun telah mengasihani engkau? <34> Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
<35> Maka BapaKu yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.

Sudahkah anda melihat bahwa benteng perlindungan kokoh yang melindungi kita dari murka TUHAN adalah mengampuni sesama? Jangan anda memusatkan perhatian kepada perilaku mausia yang menyakiti hati anda! Mereka yang suka menyakiti hati anda pada hakekatnya hanyalah seperti boneka yang dikendalikan Iblis dari dalam diri mereka! Itulah salah satu sebab mengapa kita harus ringan-hati mengampuni mereka! Dengan benteng pengampunan, maka murka TUHAN diredam, tidak lagi mengena kepada diri anda!

Pada uraian sebelumnya, dengan benteng-pengampunan, anda terlindung dari serangan roh-kebencian serta roh-roh najis lainnya yang ingin bermukim di dalam diri anda! Bacalah Mat.12:43-45, suatu pengajaran Yesus lagi, untuk menginsyafkan anda, betapa diri anda dapat menjadi tempat bermukimnya roh-roh-najis, kalau anda tidak membentengi diri secara benar!

Satu peristiwa lain, yang mengajar kami tentang kuasa-pengampunan akan saya sampaikan. Peristiwa yang juga menunjukkan betapa kuasa-pengampunan melindungi, bahkan membebaskan manusia dari serangan-serangan Iblisi. Peristiwa ini kami alami sendiri, bukan sekedar pengalaman orang lain:

Kami, suami-isteri, sedang melayani seorang wanita (dengan nama samarannya 'Elvy') secara berkepanjangan. Wanita ini datang dari keluarga dukun-turun-temurun. Pelayanan itu mem buat setan-setan dalam dirinya mengamuk hebat, mengakibatkan dia puluhan kali kesurupan. Dia sempat memiliki ilmu gaib, namun pelayanan atas dirinya sudah mendekati penuntasan. Dan selama pelayanan itu, Elvy masih tinggal bersama orangtuanya, dari keturunan 'Ismailah', bahkan seorang dukun-santet yang kuat. Ayahnya Elvy mampu mengirimkan guna-guna dan membunuhi korban-korbannya. "Ayah biasanya menggunakan telur-puyuh, dikirimkan dan masuk ke dalam tubuh sasarannya, membuat sasa rannya putus napas," tutur Elvy.

Semula kami tidak menyadari bahwa ayahnya sudah menjadi kan kami sasaran santetnya, sampai suatu ketika terjadi pe ristiwa, seorang gadis berusia belasan tahun, tetangga rumah kami, tidak sadarkan diri, seusai memanjat sebatang pohon jambu di rumah mereka. Padahal gadis kecil ini tidak meng alami kecelakaan apa-apa. Rupanya mereka yang menangani masalah gadis kecil ini (Kristen) menyadari bahwa ketidak- sadarannya itu adalah permainan kuasa kegelapan, sehingga isteri saya diundang datang untuk mendoakannya.

Isteri saya sempat berdialog dengan setan yang merasuk gadis kecil itu, mengusirnya, tetapi bandel sekali. Setan itu bertahan di dalam diri gadis itu, sampai ketikanya seorang anak kecil menunjukkan satu benjolan kecil, sebesar telur puyuh, pada betis gadis itu. Benjolan ini tidak pernah ada sebelumnya. Maka isteri saya, dituntun oleh hikmat, dengan telapak tangannya segera 'menyergap' benjolan, yang diketahu inya tempat mendekam setan itu dan menghardik, mengusir setan itu. Puji Tuhan, masalahnya selesai, dan gadis itu sadar akan dirinya.

Pulanglah isteri saya kerumah setelah menyaksikan siksa yang diderita oleh gadis yang kesurupan itu. Isteri saya tergerak, tanpa sengaja, berucap: "Bagaimana, ya Tuhan, rasa nya orang yang kena santet?"

Keesokan harinya pagi-pagi buta, isteri saya menderita serangan sesak napas yang hebat! Di masa lalunya, sekali- sekali memang dia sesak napas, tetapi yang sehebat ini baru pertama kali terjadi. Ia sudah menggosok tubuhnya dengan 'minyak-angin', tetapi rasa sesaknya tidak berubah. Obat asthmapun sudah ditelannya, tetapi sesak-napas itu membandel, bertahan; dasar setan!

Maka pembantu membangunkan saya, yang keheranan, tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Isteri saya, sambil ber napas megap-megap meminta tolong untuk dipijiti punggungnya. Saya memijiti dia dengan kekuatan cukup. Dalam keadaan biasa, dia sudah akan memprotes kesakitan, namun herannya, isteri saya bersungut mengatakan: "Kurang keras, 'tuh! Lebih keras lagi!" Maka saya memijiti dengan tenaga penuh, tetapi hasil nya adalah sungutan lagi: "'Kok tidak berasa?!"

Sadarlah saya tentang hadirnya kuasa gelap yang sedang menyerang dia. Saya mulai berdoa, mohon izin menggunakan kuasa Yesus, lalu menengking setan itu di dalam nama Yesus! Tidak ada hasil!

Menginsyafi bahwa ini adalah urusan kuasa Iblis, saya tidak berusaha memanggil dokter. Usaha berikutnya; saya minta supaya isteri saya menunggu, karena saya mau mengambil air minum di dapur. Namun oleh kebiasaan, saya menyempatkan diri ke w.c., buang air kecil. Saya jengkel karena melihat ada sisa orang buang air besar yang tidak disiram. Saya ambil air seember, tumpahkan ke dalam w.c., namun pada saat terakhir saya melihat bahwa di sela-sela kotoran manusia itu ada ser pihan-serpihan seperti putih-telur yang tersiram air men didih. Ada pula sekeping kulit telur kecil, berbentuk segi tiga, berintik berwarana abu-abu.

Terus ke dapur, saya mengambil segelas air-minum, men doakannya, dengan nama Yesus, lalu menyuruh isteri saya me minumnya sampai habis, sambil menyampaikan kejengkelan hati, karena ada yang buang kotoran tidak disiram. Isteri saya, yang telah meminum itu menyampaikan bahwa dialah yang teledor demikian, karena sudah terkena serangan lebih dahulu! Upaya dengan segelas air dingin itu juga tidak menolong!

Pada saat itulah hikmat sorgawi mengingatkan saya akan suatu hal. Saya tanyakan, apakah isteri saya ada memakan telur rebus kemarin. "Tidak ada," kata isteri saya. "Coba ingat benar-benar, jawaban yang benar sangat penting," desak saya, hanya untuk beroleh gelengan kepala (sambil dia masih terus bernapas megap-megap mengejar udara!) Pada saat itu jelaslah bagi saya siapa yang berulah mengirimkan santet pembunuh itu kepada isteri saya, karena Elvy, bibit unggul perdukunan itu pernah berceritera bahwa ayahnya suka meng gunakan telur-puyuh untuk mengguna-gunai orang. Dan biasanya orang yang kena santet itu harus mati!

Hikmat mengingatkan lagi ceritera isteri saya, bahwa anak gadis kesurupan yang kemarin dilayaninya juga mendapat benjolan sebesar telur puyuh di betisnya. Begitupula, keping an kulit telur yang saya lihat di w.c., burik-berintik, tidak salah lagi adalah kepingan kulit telur puyuh! Kesimpulan pasti: ayahnya Elvy telah mengguna-gunai kami berulang kali, tetapi inilah pertama kalinya guna-guna itu berhasil mene robos ke tengah rumah!

Setelah masalahnya jelas, penanggulangannya menjadi mudah. Dengan lega hati, saya menyuruh isteri saya berdoa: "Mama, kamu berdoa sendiri sekarang, mengampuni pak M.L. yang telah mengguna-gunai kamu, mohon agar Tuhan Yesus mengampuni juga dan memberkati dia! Baru urusan ini beres dengan sen dirinya!" Isteri saya berdoa sendiri, mengampuni pak M.L., ayahnya Elvy, lalu: "Amin!" Satu detik kemudian napasnya kembali lega dan lapang! Setan itu tidak berhak lagi meng gocoh isteri saya! Halleluyah!

Saudara pembaca yang kekasih, peristiwa ini menunjukkan kepada kita sekalian, betapa mudahnya merontokkan guna-guna yang dikirim dukun-dukun. Dengan memberi ampun, maka si pengampun itu sesungguhnya sedang membawa damai, sehingga dia layak untuk <Mat.5:9>: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Dengan mengampuni, tidak membenci atau memerangi pak M.L., yang telah berniat membunuh dia, maka status isteri saya pada saat itu adalah anak Allah!

Maka dalam status anak-anak Allah, berlakulah Mz.91:9-11,

<9> Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, <10> malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; <11> sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkanNya kepada mu untuk menjaga engkau di seluruh jalanmu.

Pada saat itu juga isteri saya beroleh pembelaan malaikat Tuhan. Dan malaikat Iblis pembawa santet itu terusir pergi seketika itu juga. Masih ada satu keluar-biasaan, kehebatan waktu itu: Kami berdua mendengar suara ledakan yang hebat, seperti dentuman meriam di kejauhan! Bergaung membuat kami terheran-heran. Begitulah rupanya kepergian si malaikat-Iblis yang kalah perang! Dia kalah oleh kuasa di dalam pengampunan!

Saudara pembaca, para kekasih Yesus Kristus, begitulah kuasa pengampunan. Dengan mengampuni terus-menerus, anda sudah membentuk benteng perlindungan yang kokoh, bahkan perlindungan terhadap gocohan Iblis, ataupun guna-guna, teluh atau santet dari hamba-hamba Iblis!

Rasanya saya perlu menjawab pertanyaan yang muncul di hati anda saat ini: "'Kok seorang hamba Tuhan bisa terkena santet?" Jawabannya mudah jika anda memahami mekanisme berperkara <Yes.43:26> di alam gaib, yang mengatur kehidupan manusia! Bahwa Iblis suka mendakwa manusia <Ayub pasal-1 & 2, Zak.3:1, Why.12:10>, berharap agar Tuhan mengijinkan dia menggocoh manusia! Seperti halnya Ayub, yang terkena gocohan, kendati tidak berdosa.

Dakwaan Iblis dapat mengenai diri isteri saya, oleh keteledoran ucapannya (seusai melayani si gadis tetangga yang kesurupan itu): "Bagaimana, ya Tuhan, rasanya orang yang kena santet?" Ucapan itulah yang didakwakan si Iblis <Mat.12:37: Karena menurut ucapanmu engkau dibenarkan, menurut ucapanmu pula engkau dihukum.> dan kejujuran TUHAN membuat Dia mengizinkan malaikat-Iblis menghantarkan guna-guna itu menerobos ke tengah rumah kami!

Kasus berikut, agak ringan, namun bagus untuk menjadi pelajaran bagi saudara-saudara yang bekerja di kantor dan harus setiap hari berurusan dengan atasan (boleh jadi ada yang jahat), harus saya rekam pula.

Ada harinya saya bekerja di suatu Badan pemerintah yang baru dibentuk. Dari sekian banyak rekan saya ada seorang Kristen yang mempunyai golongan kepangkatan (-pegawai-negeri) yang lebih rendah dari saya. Atasan kami adalah seorang Ismailiah yang sudah beroleh gelar dari Mekah!

Entah mengapa, dalam penentuan jabatan, saya diberi jabatan yang setingkat lebih rendah dari rekan yang Kristen tadi! Hal ini terjadi pada tahun-tahun pertama dari pelayanan saya terhadap Tuhan Yesus. Maka, tentu saja ketidak-adilan ini membangkitkan perasaan memberontak, jengkel terhadap atasan itu.

Namun Tuhan Yesus rupanya memiliki rancangan yang jauh lebih indah! TUHAN membukakan mata saya tentang rancangan Iblis di balik peristiwa itu! Iblis telah memanfaatkan atasan tadi untuk memecah-belah di antara kami berdua, pengikut Yesus! Iblis juga mau menjatuhkan pribadi saya dengan sifat kebencian dan kejengkelan, agar tidak layak lagi melayani Tuhan Yesus!

Dari kesadaran itu, kejengkelan saya beralih, sekarang terhadap Iblis, bukan terhadap atasan, tidak juga terhadap rekan itu. Maka sikap saya selanjutnya, adalah mengampuni ketidak-adilan itu, memberkati atasan dan saudara tadi. Setiap hari mengampuni, sebab, setiap kali bertemu muka, ada perasaan tercubit di dalam hati. Terus menerus mengampuni dan memberkati. Saya sungguh-sungguh bertekad untuk mematahkan rancangan Iblis itu! Begitulah satu jenis peperangan rohani yang dilancarkan Iblis terhadap pengikut Yesus!

Iblis masih belum mengaku kalah. Ke dalam hati saya dibisikkannya gagasan <bandingkan dengan Yoh.13:2>: "Hah, hanya di mulut saja kamu mengampuni, hatimu tetap panas, 'kan?" Dakwaan Iblis ini harus dipatahkan! Puji TUHAN, Ia memberi hikmat lagi, sehingga saya dapat menjawab: "Diam kamu Iblis, hatiku itu bukan urusanmu, bahkan urusankupun bukan! Hatiku sudah aku serahkan kepada Tuhan Yesus untuk diproses Nya, sehingga menjadi seperti hatiNya. Bahkan TUHAN sudah menjanjikan <Yeh.36:25-26> akan memberikan hati yang baru kepada setiap orang yang mau menyerahkan diri kepadaNya! Urusanku Iblis, adalah mengucapkan pengampunan dan berkat, karena <Mat.12:37> Yesus sendiri yang bersabda: Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum! Oleh sebab itu Iblis, demi Yesus aku perintahkan kamu: enyahlah dari padaku, aku tidak mau diganggu lagi!"

Halleluyah, Iblis itu dibungkam, tidak mampu lagi menghasut saya. Rancangan Tuhan Yesus menang di dalam diri saya, dan sampai kini saya tetap dalam pelayanan bagi kemuliaanNya! Yang terjadi selanjutnya adalah, atasan yang Ismailiah itu menjadi luar biasa segannya terhadap diri saya. Bahkan ada ketikanya, atasan itu mengundang kami berdua ke rumahnya, meminta supaya rumahnya didoakan, agar dikawal oleh kuasa Tuhan. Tentu saja saya katakan bahwa kuasa Tuhan itu adanya di dalam nama Yesus. Maka rumah tangga mereka kami doakan agar dikawal oleh kuasa Yesus. Dengan sabar saya me nantikan harinya bahwa keluarga itu akan bertelut di bawah salib Tuhan Yesus Yang Mahaagung itu!


Saudara, jadikanlah pengampunan menjadi benteng pertahananmu yang sangat kokoh! Melindungi anda dari murka Tuhan, membentengi anda dari maksud-maksud jahat manusia, bahkan membuat anda kebal terhadap serangan langsung si Iblis!

--<O>--

3. PENGAMPUNAN: 'SENJATA' STRATEGIK PENGIKUT YESUS

Para kekasih Tuhan Yesus, Bab yang lalu telah menunjukkan betapa pemahaman tentang hadirnya 'lawan' (yang berbeda) mengakibatkan tindakan dan sikap kita menjadi berbeda pula!

Umat yang tidak percaya Yesus, walaupun mereka mungkin mengaku orang Kristen (yakni mereka yang berperilaku tidak selaras dengan perilaku Yesus, teladan kita), cenderung menganggap bahwa 'lawan' mereka adalah orang-orang jahat, yang harus dihadapi, dibungkam, dirantai, dilumpuhkan, bahkan kalau perlu dibunuh. Sikap begini sangat menyenangkan hati Iblis! Maka pribadi-pribadi demikian menjadi tempat yang lapang untuk dihuni oleh roh-kebencian, roh-dendam, roh-penghakiman, dll., sampai kepada roh-pembunuh! Umat yang tidak percaya Yesus ini segera jatuh ke dalam cengkeraman Iblis! Karena mereka tidak hidup sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus: "Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna." <Yoh.6:63>.

Umat yang tidak percaya Yesus (walaupun mungkin mengaku Kristen!) mengabaikan saja pesan yang disampaikan Rasul Petrus <1Ptr.5:8>: Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Mereka segera dicengkeram oleh kuasa Iblis itu (malaikat-Iblis dan roh-roh-najis), sehingga tidak mampu mengampuni, bahkan menjadi pendendam dan mampu menyakiti orang lain. Mereka tidak sadar bahwa 'orang-lain' itu sesungguhnya adalah ciptaan Tuhan Yesus juga, kekasih hati Yesus Kristus, dan Yesus telah rela mati, juga untuk 'orang-lain' itu! Maka sesungguhnya mereka sedang memusuhi TUHAN sendiri! Lambat atau cepat mereka akan didakwa Iblis menjadi korban gocohannya!!

Sebaliknya, umat yang percaya Yesus, yang hidup sesuai dengan pengajaranNya, akan memahami, bahwa 'lawan' itu adalah si Iblis, dibantu oleh berjuta-juta(!) malaikat-malaikat Iblis, yang berusaha mencengkeram (setiap!) manusia, menuntun agar menjadi pembangkang firman TUHAN! Para pengikut Yesus ini akan mengasihi setiap manusia ciptaan TUHAN, termasuk orang-orang yang telah menindas mereka! Para pengikut Yesus tidak tega menyakiti manusia lainnya, tetapi akan memerangi lawan itu: Iblis, malaikat-malaikat Iblis, beserta roh-roh-najis yang mereka kendalikan! Umat pengikut Yesus yang sungguh ini dengan cepat membentengi diri dengan kuasa-pengampunan; mereka mudah mengampuni orang yang menindas mereka, sehingga Iblis tidak mampu menyusupkan roh-roh-najisnya ke dalam diri murid Yesus!

Dengan pemahaman ini, omong-kosonglah pengakuan seseorang bahwa ia adalah murid Yesus, kalau ia menolak pengajaran Yesus untuk selalu mengampuni para penindasnya. Omong kosong pulalah pegakuan seseorang bahwa ia adalah murid Yesus, kalau ia tidak mau menerima pengajaran Yesus tentang roh-roh jahat atau roh-roh najis, serta Iblis yang mengendalikan roh-roh itu!!

*** Marilah kita maju kepada pemahaman berikut: kuasa-pengampunan sebagai senjata strategik bagi pengikut Yesus Kristus!

Para kekasih Yesus, janganlah anda keliru menilai seolah-olah kuasa-pengampunan hanya sekedar benteng pertahanan yang kokoh! Pada saat yang sama, 'kuasa' pengampunan juga merupakan senjata utama para pengikut Yesus untuk menyerang dan menghancurkan kubu-kubu si Iblis beserta malaikat-malaikatnya!

Dalam suatu peristiwa Alkitab, Yesus sendiri mendemonstrasikan 'kuasa-pengampunan' sebagai 'senjata' yang berhasil 'merampas' banyak pribadi manusia dari cengkeraman Iblis; mereka dibebaskan roh-kebencian, roh-pencemooh, roh-pendakwa serta roh-penghakiman! Bahkan ada yang diselamatkan dan ikut masuk ke Firdaus bersama Yesus! Mari, saudara, bacalah Luk.23:

<33> Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang pen jahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya. <34> Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya. <35> Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemim pin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diriNya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." <36> Juga prajurit-praju rit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepadaNya <37> dan berkata: Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diriMu!" <38> Ada juga tulisan di atas kepalaNya: "Inilah raja orang Yahudi."
<39> Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri Mu dan kami!" <40> Tetapi yang seorang menegor Dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang eng kau menerima hukuman yang sama? <41> Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." <42> Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." <43> Kata Yesus kepada Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." ...<46> ...Dan sesudah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawaNya. <47> Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia me muliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" <48> Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang ter jadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.

Saudara, perhatikanlah kedua penjahat yang disalib bersama Yesus; yang seorang mengejek Dia, sedangkan yang satu lagi menegur pengejek itu. Si Penegur ini bahkan mengeluarkan ucapan-ucapan yang menandakan pertobatannya! Kata-kata: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah..." secara tersirat menyatakan bahwa dirinya (paling kurang mulai saat itu) takut akan TUHAN! Ucapannya: "...Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita...";bukankah itu terdorong oleh penyesalan akan dosa-dosanya?

Perhatikan pulalah kalimat selanjutnya: "...tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Bukankah itu suatu pengakuan bahwa Yesus itu orang benar? Itu berarti pula dia mengakui bahwa semua ucapan Yesus benar. Berarti pula dia mengakui Yesus sebagai Mesias, Juruselamat baginya! Selanjutnya, Roh Kudus memampukan dia pula untuk mengucapkan <ay.42>: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Satu catatan, saudara, perkataan 'apabila' di sana membawa kelemahan terjemahan. Dalam Alkitab berbahasa Inggris, bagian ini berbunyi when You come into Your kingdom. Kata when di sana (bukan kata if) mengandung suatu kepastian: Yesus pasti akan datang sebagai Raja, hanya soal waktu saja; begitulah keyakinan dalam diri penjahat, si Penegur itu. Jadi terjemahan yang tepat seharusnya berbunyi: "...-apabila- pada waktu Engkau datang sebagai Raja..." Jelaskah bagi anda sekarang, bahwa pada saat itu, si Penegur ini memiliki status 'orang-yang-selamat'? Bahwa dia sudah meraih pengampunan yang dicanangkan Yesus beberapa saat sebelumnya?
Hebat sekali kuasa-dalam-pengampunan! Si Penegur, orang jahat ini diselamatkan oleh kuasa-pengampunan itu; keselamatannya dinyatakan oleh Yesus sendiri, Hakim Mahaagung itu: "Aku berkata kepada-mu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Saudara, suatu 'modal' bagi pemahaman bagian Alkitab tadi adalah petunjuk pada 1Kor.12:3: Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak seorangpun yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan". selain oleh Roh Kudus.

Pujilah karya Roh Kudus terhadap orang jahat yang satu ini, bersamaan dengan kuasa-pengampunan yang dipancarkan oleh Yesus yang tersalib itu! Hanya oleh Roh Kudus si Penegur itu mampu menyatakan bahwa Yesus adalah orang benar; oleh Roh Kudus pula ia dimampukan menyatakan Yesus sebagai Rajanya!

** Saudara, ketelitian anda masih dituntut untuk merenungkan bagian Alkitab tadi. Apakah anda perhatikan bahwa pemimpin-pemimpin mengejek Yesus <Ay.35>? Perhatikan pulalah bahwa prajurit-prajurit mengejek Yesus juga <ay.36>, tetapi tidak: kepala-pasukan mereka!

Maka curahan pengampunan yang dilakukan Yesus sementara Dia tersalib itu telah melimpahi beberapa orang yang bukan pencemooh, yang tidak bersifat Iblisi (ingat, pencemooh adalah sifat si Iblis), sementara para pengejek dan pencemooh itu tidak menikmati berkat dari pengampunan! Memang Iblis dan setiap orang yang bersifat Iblisi akan sulit beroleh berkat pengampunan!

Ayat-47 mencatat betapa kepala pasukan memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" Sekali lagi, hanya Roh Kudus yang mungkin menggerakkan dia berkata demikian. Sementara itu, banyak orang lainnya tidak mampu mengucapkan hal yang sama, mungkin oleh keangkuhan, mungkin pula oleh kekerasan hati, kendati mereka menyatakan penyesalan mereka dengan memukul-mukul diri, sebagaimana dinyatakan dalam ayat-48: Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Padahal pada awalnya para penonton itu dengan garangnya meneriaki dan menuntut agar Yesus disalibkan!

Begitulah saudara, demonstrasi kuasa-pengampunan yang dilakukan oleh Yesus, sementara penyalibanNya! Kuasa yang luar biasa, mampu membuat orang lain menyesali diri, mengaku berdosa, mampu membuat orang lain mengucapkan pengakuan tentang kebenaranNya, bahkan mampu menyelamatkan orang berdosa, menuntun ke dalam Firdaus! Luar biasa kuasa-di-dalam-pengampunan, sungguh, pengampunan adalah senjata strategik bagi para pengikut Yesus. Pernahkah anda memanfaatkan senjata yang hebat ini??

*** Para kekasih Yesus, izinkanlah saya menulisi beberapa halaman lagi untuk menyampaikan suatu kesaksian, betapa Tuhan Yesus menuntun saya untuk memanfaatkan senjata strategik, pengampunan, kendati pada masa itu saya belum menginsyafi keampuhannya. Ikutilah kasus berikut, lanjutan dari pengalaman pelayanan atas diri Elvy, wanita dari keluarga dukun turun-temurun itu.

KASUS PELAYANAN ini cocok untuk beroleh judul Mencabut Ilmu- ilmu Iblis Dengan Kuasa Pengampunan! Peristiwa ini terjadi sebagai kelanjutan dari kasusnya 'Elvy' (nama samaran), yang telah anda baca pada Bab-2. Kasus ini terjadi setelah peristiwa isteri saya terkena guna-guna ayahnya Elvy, si dukun dari Bengkulu itu.

Sebenarnya Elvy sudah mengalami kelepasan dari banyak roh-najis yang dahulunya mencengkeram dirinya. Dia sudah menyangkali semua persekutuan dengan Iblis di masa lalunya, sehingga Elvy sungguh sudah merasa menjadi milik Yesus.

Namun gangguan atas dirinya dan diri kami masih terus terjadi, karena ayahnya, dua orang pakciknya dan neneknya tidak rela kehilangan Elvy, si bibit unggul ini. Hal ini disampaikan oleh Elvy, yang masih tinggal bersama ayahnya. Rupanya keempat dukun ini sangat ngeri akan terror Iblis (yang mereka kira Tuhan), ancaman yang muncul kalau ilmu-ilmu itu tidak terus diturunkan! Maka keempat dukun ini sekarang menggabung kekuatan (kuasa-gelap) mereka untuk 'merampas' kembali Elvy, kalau perlu dengan membunuhi kami!

Hampir setiap tengah malam anjing peliharaan kami melo long-mengerikan. Untuk kami pada waktu itu, hal itu menjadi pertanda datangnya 'kiriman' guna-guna ke alamat kami. Jika sudah demikian, pekerjaan kami tidak lain: bangkit, duduk, berdoa mengampuni dan memberkati keempat dukun itu, dengan menyebutkan nama-nama mereka. Masih kami mintakan kiranya Tuhan Yesus menyelamatkan mereka semua. Sungguh pengajaran pada Bab-2 ('Memunahkan Guna-guna Dengan Kuasa Pengampunan') kami praktekkan berpuluh kali dalam menghadapi keempat orang ini, yang tiga di antaranya belum pernah kami temui!

Pada suatu malam, sewaktu Elvy berkunjung dan menginap di rumah kami, terjadilah suatu hal yang sangat aneh, sulit dimengerti, dan cukup menjengkelkan. Elvy, yang sekian lama tidak pernah kesurupan, malam itu dirasuk lagi oleh setan ular-hitam, yang dahulu sudah pernah ditanggulangi. Sebenar nya dia sudah merasakan sebelumnya akan 'kedatangan' setan ini, kamipun berusaha menengking setan itu, namun si setan berhasil juga merasuk Elvy.

Maka kami harus menghadap lagi ke Mahkamah Semesta (dengan Hakimnya: TUHAN sendiri), setelah mengikat-sementara setan itu di dalam diri Elvy dan berperkara melawan dia. Setan ini mengakui bahwa sesungguhnya dia sudah kalah, se sungguhnya dia tidak dapat semau-maunya lagi merasuk diri Elvy, namun kali ini 'ada' yang mengizinkan dia merasuk lagi!

Saya merasa bahwa 'daerah-territorial' Yesus (yakni diri Elvy) sedang dilanggar atau dirampas, maka selaku prajurit Kristus saya tergerak untuk membalasnya, merampas daerah- territorial Iblis, bagi Yesus. Maka saya meng-claim: "Dengar, setan ular, kalian setan-setan sudah keterlaluan; maka saya nyatakan sekarang bahwa keempat dukun itu (saya sebutkan nama-nama mereka) sudah beroleh pengampunan dari Tuhan Yesus, karena kami sudah memohonkan kepada Yesus Kristus! Kalau kamu mampu, sanggahlah pernyataan itu!"

Setan ular-hitam itu tidak dapat menyanggah, karena adalah suatu kebenaran-ilahi, bahwa permohonan ampun bagi orang lain (istimewa yang telah mencederai kita!), sangat berlaku, dan segera dikabulkan Tuhan Yesus. "Nah, setan, oleh ulahmu yang terus-menerus mengganggu, maka keempat dukun itu saya 'claim': pada waktunya, mereka akan menjadi milik Tuhan! Mereka akan beroleh keselamatan yang dari Tuhan Yesus!"

Setan ini tidak dapat membantah; dalam berperkara lan jutannyapun dia kalah, dan, setelah menetapkan syarat bahwa untuk selamanya dia tidak boleh merasuki diri Elvy lagi, saya izinkan dia pergi. Puaslah kami, menganggap urusan dengan setan-ular itu beres untuk selamanya. Kami masuk ke ruang tidur untuk beristirahat.

Ternyata anggapan tadi keliru! Pagi-pagi sekali saya dibangunkan dan diberi tahu bahwa Elvy kerasukan lagi. Lagi- lagi si setan ular-hitam yang membuat ulah. Saya menjadi sangat jengkel oleh pengingkaran janji itu. Setan ini sendi ripun berbicara tidak dengan kegagahannya yang biasa, melain kan dengan sedikit takut-takut. Ia menyatakan 'ada' yang mengizinkan dia merasuk lagi. Saya sungguh jengkel, tidak dapat mengerti, siapatah pribadi yang begitu unjuk-kuasa, mengizinkan setan-ular merasuk lagi, padahal sudah dikalahkan dalam berperkara di Mahkamah Semesta.

Saudara, baru di belakang hari saya memahami, bahwa Kedaulatan TUHANlah yang berperan waktu itu! Kedaulatan TUHAN ada di atas segala-galanya. Bahkan mengatasi segala Hukum TUHAN atau Hukum Rohani dalam Mahkamah Semesta yang biasa saya 'hadiri'. Kedaulatan TUHAN membuat DIA berhak memberi izin kepada roh-jahat untuk merasuk orang Kristen yang paling kuduspun, karena kita hanyalah hamba-hambaNya, bukan? Maka di belakang hari saya menginsyafi, bahwasanya TUHAN sendirilah yang mengizinkan setan ular-hitam merasuk diri Elvy untuk terakhir kalinya itu, kendati pelayanan-pelepasan atas diri Elvy sudah tuntas. Bahkan beberapa waktu kemudian TUHAN meng izinkan Iblis sendiri merasuk, seperti yang akan segera anda baca nanti, dalam rangka mengajar saya secara lebih mendalam lagi mengenai alam-gaib dan Mahkamah Semesta).

Kembali saya memperkarakan setan ular-hitam itu, seperti malam sebelumnya. Lagi-lagi saya mengambil sikap seorang prajurit Kristus: Kalau (malaikat-)Iblis merampas satu daerh teritorial Tuhanku, maka daerah teritorial Iblis harus di balas dirampas! Maka tuntutan saya di pagi hari itu lebih berat lagi dari pada yang malam sebelumnya. Saya menekan setan ular yang mengingkari perjanjian tadi malam itu dengan syarat yang lebih berat: "Saya mengizinkan kamu meninggalkan wanita ini dengan syarat, cabut semua ilmu-ilmu Iblis dari keempat dukun tersebut! Tuhan Yesus mau menyelamatkan mereka semua. Mereka tidak memerlukan lagi ilmu-ilmu Iblis!"

Setan itu menjawab dengan nada memelas: "Wah, kalau syarat yang begitu saya tidak berwenang memenuhinya! Saya tidak berhak mencabut ilmu-ilmu itu dari diri mereka!" Saya menekan terus: "Tidak, mereka sudah cukup banyak mencederai manusia dengan ilmu-ilmu Iblis itu! Sudah waktunya ilmu-ilmu itu dicabut! Siapa yang berhak mencabut ilmu-ilmu itu?"

Setan itu memberi jawaban: "Itu hanya mungkin dilakukan oleh pemimpinku." "Siapa pemimpinmu?" tanya saya mengejar terus. Jawab setan: "Ya pemimpinku, si pemberi ilmu itu, ya itulah dia!" Saya mengerti; tadi saya memberi julukan 'ilmu- Iblis', maka si pemberi ilmu itu adalah Iblis sendiri! Apakah anda perhatikan, si setan ular ini tidak berani menyebutkan kata 'Iblis', melainkan 'pemimpinku'?

Maka saya lanjutkan: "Maksudmu Iblis sendiri yang berhak mencabut ilmu-ilmu itu?" "Benar," jawab setan ular itu sambil menantikan reaksi lanjutan saya.

Kepalang basah, seperti suatu letupan, saya menuntut setan ular itu: "Undang pemimpinmu itu kemari!" Tertegun saya, hening, heran sendiri atas kenekatan itu. Dan saya mendengar jawaban si setan ular itu, dengan nada menantang: "Kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu itu, Situmorang?" Memang sudah kepalang basah, saya menegaskan: "Ya, benar, undang dia kemari!"

"Baiklah," kata setan ular, "kalau begitu biarkan saya pergi dahulu. Dia perlu meminta izin untuk meninggalkan diri Elvy, karena dia masih terikat oleh kuasa Yesus. Tetapi saya berwaspada untuk kelicikannya yang menjengkelkan, jangan- jangan dia pergi dan pemimpinnya tidak datang. Maka saya katakan: "Undang saja dia kemari, tidak perlu kamu pergi meninggalkan wanita ini, penipu!"

Tidak saya sangka-sangka, si setan ular jadi merengek ketakutan: "Saya tidak dapat bersama-sama dengan dia di dalam satu tempat! Saya harus pergi lebih dahulu sebelum dia masuk!" (Saya membatin: rupanya setan ini takut bahwa dirinya akan porak-poranda oleh kehadiran bersama Iblis di dalam satu tubuh manusia!)

Maka setelah saya tekankan lagi agar dia tidak menipu, saya izinkan dia pergi. Elvy tersadar, tetapi hanya untuk beberapa saat, karena segera dia mengatakan: "Yaah, pak, ada lagi yang mau masuk ke dalam diri saya! Itu, dia berdiri di halaman depan. Cantik, sekaligus gagah dia! Muda, berwibawa; katanya dia harus memasuki diri saya, sebab ada yang mengun dang dia kemari!" Berdiri bulu-roma saya; itulah rupanya dia, si Pemimpin, si Lucifer, yang tadi saya nekatkan mengundangnya, tanpa sepengetahuan Elvy.

"Saya tidak mau menerima dia pak, 'kan saya sudah ber sama Yesus, sudah menyangkali semua persekutuan dengan kuasa- kegelapan. Tidak mau saya kesurupan lagi!" Maka saya terang kan sedikit kepada Elvy tentang arti penyerahan kepada Yesus Kristus. Penyerahan-total, yang kalau TUHAN meminta nyawa kitapun, harus relakan. Apalah artinya sekedar meminjamkan tubuh kita beberapa saat untuk menjadi 'wadah' bagi kehadiran si Iblis, kalau hal itu sungguh kehendak TUHAN. Maka saya ajak Elvy berdoa, menyatakan kepatuhan kepada TUHAN. Menyata kan jikalau urusan ini tidak berkenan berkenan di hati Tuhan Yesus, mohon dibatalkan oleh Tuhan, dan mohon diampuni kelan cangan saya mengundang Lucifer itu!

Doa berakhir, dan sekarang terserah kepada kehendak TUHAN. Ternyata Elvy berbicara: "Pak, dia masuk juga, pak! Sekarang sudah masuk!" Segera wajah Elvy berubah, menjadi lebih berwibawa. Matanya memerah dan kedua tangannya terpen tang, terangkat ke kepala tempat-tidur tempat Elvy duduk sedari tadi. Kedua tangan itu bersikap seperti dua sayap (malaikat) yang direntangkan! Suasana hening, waktu seakan terhenti, membeku.

"Sekarang saya berada di sini, sebab ada yang mengundang saya," setan itu memecah keheningan. Seperti biasanya, untuk persiapan berperkara, identitas setan itu saya tanyakan: "Siapa kamu, setan? Perkenalkan dirimu!" Setan itu menjawab secara tidak langsung: "Sayalah yang kamu undang tadi, Situ morang!"

"Hah, kamu sudah mengenal saya, rupanya sudah seringkali kamu berurusan dengan saya?" Dia membenarkan: "Ya, sudah ratusan kali." Pernyataannya ini suatu kebenaran, sebab me mang sudah ratusan kali saya memperkarakan Iblis, bahkan berdoa memerangi pribadi Iblis secara langsung (baca: "PRAJU RIT KRISTUS, BERDOALAH"). Semua hal itu adalah tindakan ber urusan langsung dengan Iblis, si Pendakwa.

Kembali saya kepada pemeriksaan identitas pribadi-gaib ini: "Baiklah, kalau begitu siapa sesungguhnya engkau, setan?" Setan ini tetap tidak menyebutkan identitasnya secara langsung, melainkan menyatakan dialah pribadi yang saya un dang tadi: "Siapa yang kamu undang tadi? Dialah saya," ujar nya dengan tenang, bernada angkuh pula.

Di sinilah hikmat sorgawi menuntun saya untuk melakukan pengujian-roh <1Yoh.4:1>, menantang setan itu: "Kalau kamu sungguh pribadi yang saya undang tadi, tentu kamu berani mengucapkan kalimat berikut: 'Demi Yesus, saya adalah Iblis, Lucifer'." Dan setan itu mengucapkannya dengan lancar, tanpa keraguan. Berarti dia benar-benar Lucifer adanya. (Sepanjang masa pelayanan kami, tidak ada setan yang berderajat rendahan berani menyebutkan nama Iblis atau Lucifer; contohnya: setan ular sebelumnya; apalagi menyebutkan Nama Yesus, Yang Ajaib, penuh kuasa itu. Jangankan menyebutkannya, mendengar Nama itu kami ucapkan sajapun, mereka sudah ketakutan!)

Maka saya menukas: "Rupanya kamu mampu menyebutkan nama Yesus itu, setan," yang dijawab olehnya: "Memang, sebab se dari dahulu kala aku sudah bersama-sama dengan Dia." Lalu Lucifer melakukan gertakan dan rangsangan: "Nah, sekarang saya hadir di sini, maka tidak ada yang mampu membebaskan anak ini!"

Ajaib sekali, Tuhan Yesus memberikan saya ketenangan, bahkan kepala-dingin, sehingga mampu memberi jawaban yang mengandung seloroh: "Ah, kamu sudah tua bangka, Lucifer, sudah pikun kamu rupanya; kamu lupa, Lucifer, kuasa Yesus juga hadir di sini!" Serangan itu dipatahkan.

Segera datang serangan kedua, dengan nada ketus: "Tetapi saya dapat membawa wanita ini kemanapun saya sukai, tanpa ada yang dapat menghalangi," namun serangan ini sama keroposnya. Kebenaran dari Tuhan Yesus, ketentuan Mahkamah Semesta <lihat Mat.12:37> saya kemukakan: "Kamu tidak dapat membawa dia karena wanita ini tidak suka kepadamu, Lucifer! Sudah ber ulangkali dinyatakannya bahwa dia milik Yesus!"

Begitulah dialog itu berlangsung, namun Iblis menyempat kan menyapa anak-anak kami, yang sementara menyaksikannya, menunda keberangkatan mereka ke sekolah: "Anak-anak manis, kamu tidak usah khawatir, tidak akan ada apa-apa terjadi di sini. Kalian berangkat saja ke sekolah." (Ucapan ini juga benar, mengandung pengertian: Iblis diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hadir di rumah kami, mencobai saya, namun di dalam batasan: tidak boleh mengganggu secara fisik; pembatas an seperti yang TUHAN kenakan kepadanya ketika dia mencobai Ayub.)

Masih si Iblis melontarkan jeratnya yang berbahaya: "Kamu memang hamba Tuhan yang luar biasa, Situmorang!" Suatu pujian yang mungkin menggelembungkan harga-diri, meletupkan dada! Untunglah, hikmat sorgawi mengingatkan saya akan keren dahan hati <Luk.17:10> jerat itu kemudian saya hindari dengan berpuasa seharian itu. Pada saat itu saya menjawab dengan: "Hal itu tidak penting, setan, ada hal lain yang saya mau selesaikan dengan kamu. Keempat dukun itu (saya sebut nama- nama kerabat Elvy) sudah mengguna-gunai kami, bermaksud men celakai kami, namun kami tetap mengampuni mereka dan bermohon agar Tuhan Yesus mengampuni dan memberkati mereka! Maka ke empat dukun itu sudah beroleh pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus. Sanggahlah pernyataan saya itu kalau kamu mampu!"

Si Iblis diam, tidak dapat menyanggah. Maka saya bebas melanjutkan: "Sekarang, setan, kamu terikat di tempat ini, tidak dapat pergi tanpa izin. Di pihak lain, keempat dukun itu sudah beroleh pengampunan dari Tuhan Yesus. Bahkan saya sudah meng-claim bahwa pada waktu Tuhan, mereka akan disela matkan dan menjadi milik Tuhan. Maka mereka tidak memerlukan lagi ilmu-ilmu Iblismu! Sudah cukup banyak korban ilmu-ilmu itu, maka sekarang, demi nama Yesus Kristus, saya memerintah kan kamu agar mencabut ilmu-ilmu Iblis itu dari pada mereka! Kamu harus berjanji lebih dahulu untuk melakukannya sebelum beroleh izin meninggalkan wanita ini. Bagaimana jawabmu?"

Si Iblis menyanggupi untuk mencabut ilmu-ilmu perdukunan dari diri keempat orang itu, lalu saya izinkan dia pergi meninggalkan diri Elvy. Elvy sadar kembali, dan ajaibnya, dia tidak mengalami kelelahan yang biasa diderita orang yang baru saja kesurupan! Memang, karena kesurupan yang kali ini adalah atas izin Tuhan sendiri.

Urusan selesai. Beberapa bulan kemudian, dalam suatu perkara yang lain, adiknya Elvy disakiti oleh seseorang. Ternyata ayahnya Elvy tidak lagi mengguna-gunai lawan tadi, hanya mampu pergi ke seorang dukun lain untuk menanggulangi urusan itu. Ilmu-ilmunya benar-benar sudah punah! Halleluyah!

Saudara pembaca yang saya kasihi, begitu hebatnya senjata strategik yang bernama pengampunan itu, sehingga ilmu-ilmu Iblis dari empat orang dukun dicabut sekaligus! Lebih mentakjubkan lagi adalah kenyataan bahwa kami tidak pernah bertemu muka dengan tiga orang dari mereka! Sungguh maha hebat kuasa Yesus yang disediakanNya di dalam pengampunan! Ingin anda memiliki kehebatan yang luar-biasa itu? Halleluyah; praktekkanlah pengampunan!!

--<O>--


4. PENGAMPUNAN: -MENAKLUKKAN- MEMENANGKAN ORANG
<Di Samping Melumpuhkan Kuasa-kuasa Iblis>

Pembaca yang dikasihi Tuhan Yesus; di masa lalu, saya (anda juga?) cenderung menganggap orang lain sebagai saingan, bahkan sebagai lawan. Mungkin karena tidak menyadari hadirnya Iblis dan pengaruh buruknya terhadap kehidupan manusia. Dari anggapan itu terbentuklah satu tujuan utama dalam berbagai aspek kehidupan saya (anda juga?): mengungguli teman-teman, mengalahkan saingan itu, bahkan menaklukkan lawan-lawan! Memang banyak orang yang menganggap kehidupan di dunia ini sebagai suatu perlombaan, persaingan dan pertandingan untuk mengungguli yang lain!

"Sikat saja," begitu motto para pelomba di dunia ini; "Jangan beri ampun!" adalah sikap para penakluk di sepanjang zaman. Begitu pula paham saya semasa masih berstatus 'orang-dunia'. Memberi ampun menandakan hati yang lemah, sebaliknya seorang penguasa harus kuat, bahkan boleh puas melihat darah bercucuran! Memberi ampun sama saja dengan memberi kesempatan bagi orang yang sudah kalah itu untuk di suatu waktu bangkit kembali, lalu mengalahkan, atau menghancurkan kita! "Sudah susah-susah menaklukkan orang, kalau diberi ampun itu hanya menyediakan bibit kesulitan di masa mendatang," begitu anggapan para penakluk dan pemenang!

Berbeda dengan paham yang dianut oleh orang-orang-dunia ini, Yesus mengajarkan bukan untuk menaklukkan orang lain, melainkan memenangkan orang! Memenangkan orang lain menjadi kawan sekerja, bahkan menjadi milik Kristus; bukan sekedar menaklukkan atau mengalahkan ataupun menghancurkan orang! Memenangkan berarti menjadikan orang itu kawan sekerja yang berharga! Berguna bagi perluasan Kerajaan Sorga! Memenangkan bukan berarti memperhamba orang lain, menjadi budak kerja-paksa, melainkan menjadikannya hamba Tuhan Yesus, yang dengan sukarela, dan sukacita menyampaikan sumbangan pelayanannya bagi kemuliaan Tuhan Yesus!

Sikap ini menjadi salah satu 'modal' yang luhur, yang memungkinkan Kerajaan Sorga bertahan sampai 20-abad, dan akan bertahan terus sampai selama-lamanya, karena tidak ada manusia yang dihancurkan olehnya; tiada yang disakiti hatinya, tidak ada manusia yang mungkin mendendam terhadap Kerajaan Sorga, kendati Kerajaaan ini begitu dimusuhi oleh Iblis dan antek-anteknya!

Dengan pemahaman akan sikap-rohani di atas, rekaman 1Yoh.5:16 jadi mudah dimengerti. Warga Kerajaan Sorga memiliki kuasa untuk bermohon ampun kepada TUHAN, demi orang lain, dan TUHAN menyediakan pengampunan itu, agar orang lain itu diselamatkan! Dan oleh kuasa-pengampunan, Kerajaan Sorga pun semakin luas hari lepas hari, dan semakin mulia.

<16> Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa dan tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.

Silahkan saudara, banyak-banyaklah bersyafaat, memohon ampun bagi dosa orang lain, bahkan orang yang belum anda kenal! TUHAN pasti menjawab syafaat semacam itu, dengan cepat, seperti yang telah terjadi dalam beberapa kasus di bawah ini.

KASUS-I: Ada ketikanya, isteri saya menutup acara pagi-harinya dengan duduk bersekutu dengan TUHAN di kamar atas, sambil menikmati pemandangan kebun dan kolam ikan (milik tetangga) di bawah sana. Nah, pada waktu itu terlihat olehnya seorang pria membungkuk-bungkuk di bawah pokok-pokok singkong dengan goloknya, mulai menggali-gali umbi singkong. Kami mengenal pemilik kebun singkong itu. Isteri saya kasihan kepada calon-pencuri itu, maka hatinya tergerak untuk berdoa baginya, sesuai 1Yoh.5:16.

Isteri saya bermohon ampun kepada TUHAN untuk dosa-dosa orang itu, mohon agar TUHAN memberi laki-laki itu nafkah yang berlimpah, agar tidak perlu mencuri lagi, sekaligus juga bermohon supaya TUHAN menggelisahkan hatinya! Dalam doa, ditengkingnya juga roh-pencuri agar keluar dari diri si laki-laki! Tentu saja semuanya ini dilakukan bukan untuk menangkap seorang pencuri, tetapi sekedar menggagalkan upaya pencurian, menggagalkan karya Iblis!

Apa yang terjadi? Si laki-laki menjadi gelisah, celingak-celinguk kiri-kanan, lalu akhirnya pergi meninggalkan kebun singkong itu! Pencurian itu digagalkan. Hari itu Iblis gagal menuntun seseorang untuk berbuat berdosa! Halleluyah! Sungguh tepat pernyataan Alkitab: Kasih menutupi banyak sekali dosa <1Ptr.4:8>!

KASUS-II: Kali ini, isteri saya menumpang sebuah bis-kota menuju tempat pelayanan. Dia dapat melihat seorang laki-laki yang mulai beraksi, akan merogoh tas seorang wanita di dekatnya. Kembali lagi tindakan rohani dilakukan, bukan tindakan kedagingan dengan meneriaki "Copet!", yang mungkin membangkitkan marabahaya bagi dirinya sendiri! Bukankah Yesus mengajarkan <Yoh.6:63>: Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna? Maka tindakan yang tepat adalah berdoa.

Berdoa-syafaat, serupa dengan doa yang dipanjat kannya bagi si calon pencuri singkong. Dalam kegeli sahan yang dibangkitkan TUHAN (oleh permohonan doa itu) si (calon) pencopet mulai toleh-toleh. Pandangan matanya bertemu dengan mata isteri saya. Sekarang isteri saya tinggal mengangkatkan alisnya sedikit, tanpa bersuara, tetapi dengan ekspressi wajah seolah- olah mengatakan: "Mau bikin apa kamu?" Segera si laki- laki itu surut dari rencana jahatnya; pada perhentian berikut dia bergegas turun meninggalkan bis itu!

Halleluyah, kasih sungguh menutupi banyak dosa!

KASUS-III: Ini adalah suatu peristiwa yang mirip dengan dua kasus terdahulu, namun terlaksana dalam kesehatian dua orang hamba Tuhan! Saya mengemudikan mobil kami pada suatu jalan yang ramai, sehingga lalu lintas bergerak sangat lamban. Isteri saya ikut serta, duduk di sebelah kiri saya. Pada suatu tempat, kami melihat seorang Petugas Lalu-lintas berhadapan dengan seorang pengendara sekuter yang baru di-stop-nya. Boleh jadi pengendara sekuter itu telah melanggar suatu aturan lalu-lintas. Kami melihat Petugas itu sudah memegang surat (boleh jadi S.I.M.) dari pengendara sekuter itu.

"Ah, suatu pemerasan akan segera terjadi," begitu suara batin saya. Maka hati saya tergerak, mulai ber doa, mohon ampun bagi si Petugas, kalau-kalau dia punya itikad memeras; mohon ampun kalau si pengendara sekuter telah melakukan pelanggaran, dan: "Demi nama Yesus Kristus, enyah kamu roh-pemerasan dari diri Petugas itu. Roh-pengampunan Tuhan, hadirkan di sana," begitu permohonan saya. Tanpa perundingan, rupanya isteri saya sudah melakukan hal yang serupa!

Tersenyum sukacita saya melihat hasilnya. Dari kaca spion saya melihat 'sesuatu surat' itu dikembali kan oleh si Petugas Lalu-lintas dan pengendara sekuter itu meneruskan perjalanannya. Luar biasa kuasa Yesus di dalam pengampunan! Halleluyah!

Pembaca yang kekasih, semua kasus di atas menampilkan kebenaran pengajaran tentang kuasa di dalam pengampunan serta kebenaran pesan Alkitab bahwa kasih menutupi banyak sekali dosa! Pertanyaan bagi anda sekarang: Pernahkah anda mempraktekkannya? Jika anda belum pernah mempraktekkannya, wah, rugi sekali! Apalagi jika anda selama ini telah mengaku-ngaku hamba Tuhan Yesus! Amos, nabi pada Perjanjian Lama itu saja telah mengerti dan mempraktekkan prinsip ini. Bacalah Amos pasal-7 berikut:

<1> Inilah yang diperlihatkan Tuhan ALLAH kepadaku: Tampak Ia membentuk kawanan belalang, pada waktu rumput akhir mulai tumbuh, yaitu rumput akhir sesudah yang dipotong bagi raja. <2> Ketika belalang mulai menghabisi tumbuh-tumbuhan di tanah, berkatalah aku: "Tuhan ALLAH, berikanlah kiranya pengampunan! Bagaimanakah Yakub dapat bertahan? Bukankah ia kecil?" <3> Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. "Itu tidak akan terjadi," firman TUHAN.
<4> Inilah yang diperlihatkan Tuhan ALLAH kepadaku: Tampak Tuhan ALLAH memanggil api untuk melakukan hukuman. Api itu memakan habis samudera raya, dan akan memakan habis tanah ladang. <5> Lalu aku berkata: "Tuhan ALLAH, hentikanlah kiranya! Bagaimanakah Yakub dapat bertahan? Bukankah ia kecil?" <6> Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. "Inipun tidak akan terjadi," firman Tuhan ALLAH.

Luar biasa syafaat-nya nabi Amos itu, bukan? Kita pengikut Yesus, yang mengaku hamba Tuhan yang Mahapengasih, yang mengaku mengasihi sesama, harus malu terhadap praktek kasih yang dilakukan oleh nabi Amos ini!

Untuk menyadarkan anda tentang hebatnya kuasa yang ada dalam pengampunan, dan bahwa kuasa itu akan -menaklukkan- memenangkan orang lain, ikutilah kasus terakhir dalam Bab ini:

Saya mempunyai ipar seorang pria, sebut saja nama samarannya: 'Alut', yang dibelakang hari melakukan perbuatan yang sangat menyakitkan hati, yang sesungguhnya mempermalukan dirinya sendiri, sehingga tidak mau menceriterakannya di sini. Perilaku yang memalukan itu tidak hanya melanggar norma-norma sosial, tetapi juga melanggar norma-norma gerejawi, bahkan melangkahi norma-norma yang diatur oleh TUHAN dalam kehidupan keluarga umat TUHAN. Oleh perilaku demikian, tentu saja mereka sekeluarga mengalami pengucilan oleh masyarakat, juga oleh gereja dan sanak saudara. Dapat dikatakan semua orang sulit untuk memaafkan dan melupakan peristiwa yang demikian.

Perilaku sdr. Alut itu menyakitkan hati ibu saya sampai
beliau meninggal didalam sakit hati itu. Selaku seorang yang bukan hamba Tuhan, sayapun sempat bersumpah, tidak akan memaafkan suami-isteri itu, kecuali mereka berziarah ke kuburan ibu saya dan meminta maaf di sana. (Tentu saja pada waktu itu saya tidak menginsyafi berbagai masalah 'kuburan', yang di belakang hari saya tuliskan dalam buku "DARI KUBURAN KE GEREJA").

Saudara, ada harinya saya digerakkan oleh Tuhan, didorong dengan kuat olehNya, untuk menyampaikan pengampunan bagi sdr. Alut ini. Dalam pergumulan beberapa malam, Tuhan menyuntikkan konsep-konsep di dalam benak saya, antara lain: "Apakah akan 'kau biarkan saudaramu Alut dalam keadaan terkucil seperti sekarang?" yang, rasanya, beroleh jawaban dari sumber lain: "Biar saja, itu 'kan salahnya sendiri!"

Atau: "Apakah engkau, yang mengaku hambaKu, tidak mau mengampuni kesalahan mereka?" Jawaban dari sumber lain itu: "Biar mereka datang minta ampun, belum tentu saya ampuni, 'kan saya sudah bersumpah..." Pertanyaan Tuhan berikutnya: "Apakah engkau merasa nikmat memandangi mereka tertindih oleh hukuman masyarakat yang mereka pikul?" segera beroleh jawaban dari sumber yang lain itu: "Memang saya tidak menikmatinya, tetapi biarlah begitu, sampai mereka tahu-diri!" Masih juga dipertanyakan Tuhan: "Kalau bukan engkau yang memulai memaafkan mereka, engkau yang mengaku hambaKu, siapa lagi yang dapat diharapkan mulai mengampuni mereka?

Begitulah pergumulan itu berjalan dua malam, sampai akhirnya, puji Tuhan, Dia memampukan saya mengambil keputusan yang menyukakan hati Tuhan; saya menemui sdr. Alut sekeluarga dan mengampuni mereka. Saya juga meminta maaf bagi setiap kesalahan saya, tentunya ada juga, di masa lalu kami!

Tuhan Yesus sudah menang dalam percaturan itu, pengampunan sudah terjadi seperti pada peristiwa di Golgota yang telah kita tinjau lebih dahulu, maka sdr. Alut diproses terus oleh Tuhan Yesus. Tiga atau empat tahun setelah peristiwa itu, isterinya memasuki pelayanan pribadi untuk kelahiran-kembali. Lebih indah lagi, lima tahun kemudian sdr. Alut menyerahkan semua benda Iblis yang diandalkannya, dan dimusnahkan oleh hamba Tuhan yang melayani dia. Dia menjadi seorang Kristen yang sungguh!

Pembaca yang kekasih, nampakkah anda akan fakta: kalau bukannya dimulai oleh pengampunan yang disampaikan manusia, betapa sulitnya sdr. Alut beroleh keselamatan! Dan, nampakkah kepada anda hebatnya kuasa di dalam pengampunan? Seseorang tidak ditaklukkan oleh pengampunan, tidak menjadi pecundang oleh pengampunan anda, melainkan dimenangkan! Penaklukan akan menambah jumlah orang yang sakit hati terhadap anda, tetapi pengampunan menambah jumlah orang yang menyegani, mengagumi, bahkan mengasihi anda!

Inilah ketikanya saya menghimbau PEJABAT-PEJABAT GEREJA, semua Gereja, apakah ada di antara anda yang enggan mengampuni rekan yang lain? Apakah anda tidak mau menyelesaikan pertikaian yang terjadi di tengah-tengah Gereja saudara? Mau ke mana saudara bawa Gereja yang (kata anda) milik Kristus itu? Perhatikan, saudara, saya tidak mempertanyakan mau kemana saudara?! Pertanyaan itu tidak usah dikemukakan, karena orang yang tidak mau mengampuni atau tidak mau meminta ampun, adalah golongan Iblis!

Hai suami-suami, hai isteri-isteri, apakah anda sedang bertikai dengan teman-hidup anda? Tidak mau mengampuni? Malu untuk meminta pengampunan? Dapat dipastikan bahwa lawanmu akan celaka, dan anda sendiri akan binasa, kalau bertahan di dalam suasana pertikaian itu. Suasana pertikaian memberi keleluasaan bagi Iblis untuk bekerja menghancurkan manusia, hancur secara rohani dan jasmani! Memandangi suasana pertikaian, Tuhan Yesus akan berduka, Iblis tertawa riang!

Apakah anda disakiti oleh anak anda? Atau oleh orangtua anda sendiri? Boleh jadi teman sekerja anda yang menyakiti, merugikan, atau bahkan menindas anda! Anda tidak mengampuni? Lawan celaka, anda juga binasa. Sorga berduka, Iblis tertawa!

Sebaliknya, kalau anda mengampuni, maka lawan anda -menang- dimenangkan, anda -kalah- selamat, Tuhan Yesus akan bergembira, sebaliknya Iblis kecewa! Maukah anda berdoa secara yang di bawah ini, untuk meminta kepada Tuhan agar dimampukan mengampuni orang? Panjatkanlah dengan bersuara:

Tuhan Yesus, Raja Damai,
sekarang saya paham artinya titel Raja Damai yang Engkau sandang itu; bahwa Engkaulah Rajanya di dalam hal memberi ampun kepada semua orang! Maka saya, yang mengaku pengikut Yesus, bukan pengikut Iblis, si Pendakwa, saya harus belajar mengampuni juga.

Pertama kali Tuhan, ampunilah lebih dahulu hambaMu ini, yang pada waktu-waktu yang lalu sukar mengampuni sesama sau daraku. Sucikanlah hatiku Tuhan, oleh Roh KudusMu. Dan beri lah saya roh-pengampun serta roh-kerendahan-hati. Saya ingin dimampukan untuk mengampuni sesama, mengampuni siapapun yang telah menyakiti hatiku.

Bersemayamlah Engkau selalu, ya Tuhan Yesus Kristus, Raja Damai, di dalam hatiku. Proseslah diriku ini menjadi pribadi yang menyukakan hatiMu, seturut rancanganMu Tuhan, Juruselamatku.
Terimakasih Bapa Yang Mahakudus, di dalam nama Yesus saya sudah berdoa, AMIN.


Saudara yang kekasih, doa berikut ini menjadi batu-ujian tentang sifat pengampun dan rendah-hati yang anda miliki. Kalau anda masih sulit mengampuni maka saya akan menunjukkan kepada anda satu prinsip Alkitabiah lagi. Bacalah Ul.32:35,

<35> Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka.

Hak-Kulah dendam dan pembalasan... nampakkah kepada anda, bahwa TUHAN sedang meng-'claim', menuntut bahwa urusan dendam dan urusan pembalasan adalah hak TUHAN semata? Bahwa TUHAN tidak membagikan hak untuk mendendam dan hak untuk membalas itu kepada manusia, nampakkah bagi anda? Tidak ada hak kita manusia untuk mendendam dan untuk membalaskan sakit hati kepada orang lain.

Barangkali anda ingin berkeras mendendam terhadap seseorang? Berkeras ingin membalaskan sakit hati? Sadarlah, saudara, anda sedang merampas hak TUHAN. Siapa saja yang merampas hak orang lain, dia akan mendapat tantangan dan ganjaran; apalagi merampas hak-Nya TUHAN! Maka anda sesungguhnya sedang menghadang murka TUHAN!! Dan hasilnya adalah kebinasaan bagi anda sendiri.

Sekaranglah, saudara, kesempatan baik bagi anda untuk berdoa, memperbaiki hubungan anda yang rusak, dengan TUHAN! Berdoalah, agar anda dimampukan untuk mengampuni sesama, ucapkanlah, sebaiknya dengan bersuara:

Tuhan Yesus, Yang Mahaperkasa,
ampunilah diriku, yang telah terlanjur merampas hak TUHAN dalam urusan dendam dan pembalasan. Sekarang saya insyaf ya Tuhan, betapa luhurnya Engkau: sekalipun Engkau berhak me lakukan pembalasan, juga terhadap diriku yang telah merampas hakMu, hak pembalasan itu, namun Engkau tidak menghajar aku dalam perampasan hakMu itu!
Terimakasih ya Tuhan, untuk limpahan kasihMu, yang telah mengampuni aku! Sucikanlah diriku ya Tuhan Yesus, dari setiap dosa dan kecemaran di masa laluku.
Saya mau mengampuni setiap saudara yang telah menyakiti hatiku. Demi Yesus, saya mencabut semua dendam dan sakit hati dan menyingkirkannya dari diriku. Silahkan Tuhan Yesus mem proses diriku menjadi pribadi yang pendamai, pengampun dan rendah hati. Berilah saya ya Tuhan, sifat-sifat dan kehidupan yang memuliakan Tuhan Yesus, Juruselamat pribadiku.
Dalam nama Yesus, Yang Mahapengasih, saya berdoa, AMIN.

Saudara, kalau anda sudah berhasil memanjatkan doa di atas, saya ucapkan: Selamat! Selamat menjadi warga Kerajaan Sorga, warga dari Raja Damai! Sekedar mewaspadakan anda, Iblis pasti kurang senang atau jengkel akan kesuksesan anda berdoa tadi. Dia akan mencoba menggoyahkan anda dengan mengatakan "Munafik! Hanya mulutmu mengampuni, hatimu masih panas!" Maka anda harus menjawab suara Iblis itu dengan:

"Enyah kau Iblis, dengan mulutku aku sudah mengampuni saudara-saudaraku, dan aku tahu, menurut ucapanku aku sudah dibenarkan <Mat.12:37>! Masalah hatiku yang panas, itu bukan urusanmu Iblis, sebab hatiku sudah kuserahkan agar diproses Tuhan Yesus, bahkan aku akan diberiNya hati yang baru, sesuai dengan janjiNya pada Yeh.36:26! Demi Yesus Kristus, enyah kau Iblis, kau sudah kalah, oleh Tuhan Yesus Kristus, Juruselamatku!"

--<O>--

5. PENGAMPUNAN: MEMULIHKAN DIRI SENDIRI !

Saudara pembaca yang dikasihi Tuhan Yesus, dalam bab-bab yang lalu telah kita bahas beberapa bentuk kuasa yang terdapat di dalam pengampunan. Izinkan saya mencatat kembali berbagai bentuk kuasa itu, demi menyegarkan ingatan:

a. Pengampunan, yakni mengampuni dan beroleh pengampunan, adalah dasar-keselamatan bagi manusia; jadi kuasa-keselamatan ter dapat di dalam pengampunan. Prinsip ini hanya jelas bagi umat Kristiani yang sudah bertobat.

b. Pengampunan merupakan benteng-pertahanan bagi manusia terhadap serangan-serangan Iblis dan hamba-hamba Iblis! Kuasa menangkal serangan Iblis ada di dalam pengampunan. Prinsip ini jelas bagi para pengikut Yesus saja.

c. Pengampunan merupakan senjata-strategik pengikut Yesus; kuasa untuk mematahkan serangan-serangan Iblis terdapat di dalam pengampunan, bahkan kuasa untuk menghancurkan kubu-kubu Iblis! Prinsip ini jelas bagi para prajurit Yesus Kristus saja!

d. Pengampunan memiliki kuasa untuk memenangkan lawan, menjadi kawan, bukan menaklukkannya! Dengan pengampunan pula, maka Kerajaan Sorga meluas, tanpa menciptakan musuh-musuh, karena tidak ada alasan untuk para lawan itu membenci atau mendendam terhadap Kerajaan Sorga!

Prinsip lain akan kita tinjau pada Bab ini: Pengampunan memiliki kuasa untuk memulihkan diri sendiri! Dipulihkan dari gangguan kesehatan rohani, maupun kesehatan jasmani.

Saudara, sungguh banyak orang (umat Kristiani sekalipun) yang mengidap penyakit rohani, misalnya kebencian, kecemburuan, putus asa, dendam, kekecewaan, keinginan merusak, keinginan berbuat jahat, dll. Semuanya itu adalah penyakit rohani yang sulit disembuhkan, kecuali dengan pengampunan. Melalui pengampunanlah (mengampuni orang lain) rohani seseorang akan dipulihkan.

Nah, karena penyakit-penyakit rohani mengakibatkan pula penyakit-penyakit jasmani (Baca buku "MERAWAT MANUSIA SEUTUHNYA") maka jelaslah: kesembuhan atau pemulihan rohani mengakibatkan pemulihan dirinya dari penyakit-penyakit jasmani pula.

Prinsip inilah yang dikemukakan oleh Yak.5:16: Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Sayangnya, banyak hamba Tuhan tidak melihat bahwa istilah 'kamu sembuh' meliputi dua aspek diri manusia: kesembuhan-rohani dan kesembuhan-jasmani. Rupanya sebagian hamba Tuhan hanya melihat hal-hal yang di 'bawah' (jadi: kesembuhan-jasmani) sehingga sulit memahami perkara-perkara yang di 'atas' (kesembuhan-rohani)! <Kol.3:1-2>.

Pengampunan, yang dikemukakan oleh Yak.5:16 itu jugalah yang membawa orang kepada kesembuhan luka-luka-batin (Psikologi: 'trauma'), yang, pada pandangan ahli-ahli Psikologi tidak dapat diobati, hanya diredakan. Namun Alkitab mengajarkan bahwa Yesus Kristus sudah menyediakan juga kesembuhan dari luka-luka batin. Bacalah buku "ABSALOM, OH ABSALOM", yang menguraikan hal luka-batin secara lebih rinci.

Yak.5:16 inilah yang selalu kami praktekkan di tengah rumah tangga, setiap kali ada anak kami yang jatuh sakit! Setiap kali ada anak kami yang sakit, bukan dokter yang pertama kali kami panggil, melainkan Tuhan Yesus! Anak itu akan kami ajak bersaat teduh, mohon agar Tuhan Yesus menunjukkan atau mengingatkan kalau-kalau ia pernah melanggar Hukum Tuhan atau peraturan rumah tangga. Kami, orangtuanya melakukan hal yang sama, sebab boleh jadi juga (kesalahan) orangtua yang sedang ditegur oleh TUHAN melalui penyakit anak itu <Yoh.9:1-3>. Biasanya setelah beberapa menit, kesalahan itu terungkap, lalu yang bersangkutan minta ampun kepada Tuhan Yesus. Ya, pengampunan; hal itu akan menghasilkan pemulihan rohani, istimewa bagi anak yang sakit itu. Setelah rohaninya dipulihkan oleh pengampunan TUHAN, gangguan jasmani mudah sekali diatasi, dan kesehatannya segera dipulihkan!

Saudara yang kekasih, berbagai masalah kesehatan menjadi sangat sederhana bagi keluarga yang sudah bertobat dan mempraktekkan Yak.5:16 itu setiap kali mengalami gangguan kesehatan!

Tinjaulah kembali kasus sdr. Alut yang disajikan pada Bab yang lalu. Sakit hati yang ditimbulkan sdr. Alut terhadap ibu saya tidak segera diselesaikan oleh beliau. Ibu saya rupanya tidak bersegera mengampuni dan memaafkan dia. Sampai ibu dijemput Tuhan, beliau tidak pernah bertemu dengan ipar itu.

Sebaliknya terjadi bagi saya. TUHAN menuntun saya untuk memakai kesempatan memulihkan diri dari penyakit rohani: menghakimi orang lain, atau membenci atau sukar mengampuni. Setelah pengampunan itu saya sampaikan kepada sdr. Alut itu, saya dipulihkan, sehingga tidak mudah lagi berang terhadap kesalahan orang lain! Tidak lagi suka menghakimi orang lain, bahkan menjadi mudah mengampuni orang yang menindas saya. Halleluyah, begitulah proses yang Tuhan Yesus ingin jalankan terhadap setiap orang yang mengaku pengikut Yesus!

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, ada baiknya saya sajikan satu lagi kasus yang terakhir saya layani, tentang persengketaan di tengah salah satu sidang jemaat. Ikutilah.

Seorang penatua (wanita) bersama suaminya, berikan saja nama samaran mereka: bapak dan ibu Ipayung, menemui saya untuk beroleh nasihat tentang pergumulan mereka. Bapak Ipayung, yang adalah pejabat diakonia pada Gereja mereka, telah bertikai dengan Guru-Jemaat di Gereja itu. Bapak ini mengaku telah mengalami teror, penindasan dan intrik oleh Guru-Jemaat itu, sehingga mereka sedang mempertimbangkan untuk mengundurkan diri saja dari Jemaat itu; apalagi bapak Ipayung ini sampai mengalami stroke oleh masalah itu pada dua bulan yang lalu. Maka suami-isteri itu menemui saya untuk beroleh jalan keluar dari masalah mereka.

Saya tidak menyanggah pengakuan kebenaran mereka, tetapi mulai mengemukakan suatu prinsip rohani yang mendasar: "Anda berdua pengikut siapakah? Pengikut Yahowa Yang Mahabenar, atau pengikut Tuhan Yesus, Yang Mahapengasih?" Mereka ber tanya: "Apa bedanya?" Saya nyatakan bahwa ada beda yang tegas, yang akan saya beritahu setelah mereka menjawab dengan tegas pertanyaan saya tadi. Tentu saja jawabannya sama dengan terkaan anda: "Saya adalah pengikut Yesus."

Saya lanjutkan: "Karena anda mengaku pengikut Yesus, dan sudah cukup dewasa dalam ke-Kristen-an, maka sewajarnyalah anda bertanya kepada diri sendiri dan menjawabnya sendiri: 'Kalau Yesus, Anak Manusia, di dalam posisi saya ini, apatah yang akan dilakukanNya?'" Dengan sedikit jengah, bapak itu menjawab: "Iya ya, Yesus tentu akan mengampuni Guru-Jemaat yang curang itu."

"Nah, di sanalah bedanya antara pengikut Yahowa-Mahabenar dari pengikut Yesus-Mahakasih! Kalau anda tadinya mengaku pengikut Yahowa-Mahabenar, anda akan bebas bersikap 'gigi- ganti-gigi'. Namun karena tadi anda sudah mengaku pengikut Yesus-Mahakasih, sekarang petunjuk bagi anda jelas: Ampunilah Guru-Jemaat itu, dan terus melayani Gereja itu! Menjadi 'garam' di sana."

Agak enggan tadinya mereka melakukan hal itu, sehingga saya menyampaikan kepada mereka kesaksian tentang proses yang Tuhan lakukan atas diri saya melalui sdr. Alut. Bahwa peng ampunan itu menyelamatkan seorang saudara. Bahwa pengampunan itu memulihkan diri sendiri. Dan sama pentingnya: bahwa bapak dan ibu sesungguhnya bukan sedang bergumul, melainkan sedang menghadapi ujian naik-kelas! Anda berdua sedang dituntun oleh Tuhan Yesus untuk naik ke taraf rohani yang lebih tinggi, melebihi taraf rohani Guru Jemaat itu; yakni kalau anda rela! Mereka puas dengan penjelasan itu, dan memang itulah kunci dari masalah yang selama ini mereka gumuli. Puji TUHAN, kami berdoa bersama dan saya memberangkatkan mereka dengan roh-pengampunan yang dari Tuhan Yesus, juga roh-kerendahan- hati dan roh-keberanian untuk melaksanakan kehendak Tuhan Yesus yang (pada pandangan mata orang dunia) musykil untuk dilakukan. Pasti semuanya akan berlangsung dengan indah di bawah tuntunan Tuhan Yesus. Halleluyah!

Saudara yang saya kasihi, belum jadikah anda memanjatkan doa pada Bab yang lalu? Apakah anda mau bertahan dengan rohani yang sakit, dan tidak ingin dipulihkan? Adalah hak anda untuk memutuskan bahagian yang menjadi milik anda! Saya tidak dapat memaksa anda, namun kalau anda memutuskan mau beroleh pemulihan itu, panjatkanlah doa berikut:

Tuhan Yesus Juruselamatku,
saya mau meraih pemulihan rohani yang Tuhan tawarkan saat ini. Tuhan Yesus, berilah saya kemampuan untuk mengampuni saudara-saudara yang telah menyakiti hati saya. Sebagai lang kah pertama, sekarang ini saya mengampuni mereka sekalian. Memang saat ini baru di mulut, memang saat ini baru di hadap an Tuhan, tetapi saya percaya, pada saatnya, Engkau akan memampukan saya mengampuni yang menyakiti hatiku secara ber tatap-muka!

Demi nama Yesus, saya mohon agar pada hari-hari men datang Tuhan ingatkan saya akan pribadi-demi-pribadi yang telah menyakiti hati saya sejak masa kecilku. Supaya saya mengampuni mereka semuanya, tanpa kecuali!

Demi nama Yesus Kristus, saya bermohon agar Tuhan mampu kan saya menyatakan pengampunan saya kepada pribadi-demi-pri badi itu pada setiap kesempatan yang terbuka. Supaya mereka pun dipulihkan!

Demi nama Yesus Kristus, saya bermohon agar Tuhan Yesus menyembuhkan semua luka-luka batin yang telah saya idap sejak masa kecilku, sehingga saya diperbaharui, sembuh dari luka- luka batin, pulih, tanpa cacat, tanpa parut luka, sehingga saya layak mempersembahkan tubuh(-rohani) saya di hadapan Tuhan; sehingga saya layak menyanyikan Rm.12:1, Bapa, 'ku persembahkan tubuhku; s'bagai persembahan yang hidup; kudus, dan yang berkenan padaMu; s'bagai ibadah yang sejati... 'ku sembah 'Kau, TUHAN; 'ku sembah 'Kau, TUHAN; 'ku serahkan hidupku kepadaMu; untuk kemuliaan namaMu..., AMIN.

--<O>--

6. PENGAMPUNAN: KELUHURAN BUDI PENGIKUT YESUS

Pembaca yang dikasihi Tuhan Yesus, apakah anda sudah hidup baik? Itu lumayan. Apakah anda sudah menjadi orang Kristen yang baik? Apakah anda sudah menjadi orang bertobat? Kalau anda menjawab "Ya" untuk dua pertanyaan terakhir, maka tentu anda selalu memberi pengampunan kepada setiap orang yang memintanya! Berulangkali ia datang meminta ampun, berulangkali pula anda harus mengampuni dia; begitulah perilaku orang Kristen yang baik! Bukankah hal itu diperintahkan oleh Yesus dalam Luk.17:3-4?

<3> Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. <4> Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.

Saudara yang saya kasihi, kalau anda sudah termasuk golongan di atas, maka bagi andalah berkat-berkat mendatang. Izinkanlah saya membuka lebih dalam bagi anda rahasia Kerajaan Sorga; Tuhan Yesus ingin mengajak anda meningkat lagi secara rohani! Mendaki terus tingkap-tingkap kehidupan rohani, meninggalkan perilaku manusia dunia, mencapai keluhuran perilaku warga Kerajaan Sorga.

Perhatikanlah petikan ayat-ayat berikut:

Mat.5:<9> Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Mat.5:<23> Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembah anmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di hati saudaramu terhadap engkau, <24> tinggalkanlah persem bahanmu itu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persem bahanmu itu.

Di manakah kesamaan dari kedua petikan <Luk.17:3-4 dengan Mat.5:9 & Mat.5:23-24> di atas? Yang pertama menyinggung masalah membawa damai di antara sesama saudara, yang pasti mencakup pula pemberian ampun, sedangkan yang kedua mengenai masalah perdamaian yang tentunya menyangkut urusan mengampuni dan menyampaikan pengampunan pula. Jadi kedua petikan di atas menyinggung bagaimana menciptakan kembali perdamaian di antara sesama umat.

Namun ada perbedaan di antara kedua petikan itu. Dalam hal apa? Dalam hal inisiatif; siapa yang pertama bergerak dalam menciptakan kembali perdamaian itu? Perhatikanlah, saudara; dalam kutipan Luk.17:3-4, inisiatif diambil oleh orang yang berbuat dosa. Dia diberi ampun, maka perdamaian tercipta kembali. Namun yang memberi ampun itu bukanlah si pengambil inisiatif. Yang memberi ampun itu bersifat menunggu. Menantikan kedatangan orang yang berdosa itu. Pengampunan demikian itu baik, tetapi belum merupakan sesuatu yang luhur!

Pada petikan dari Injil Matius, dikatakan berbahagialah orang yang membawa damai, dan tinggalkanlah persembahanmu di atas mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu! Kedua ayat ini menggunakan kata-kerja aktif, hal itu menunjukkan inisiatif yang diambil oleh orang yang memberi ampun, bukan? Istilah yang tepat untuk perkara ini bukanlah 'memberi-ampun' melainkan menyampaikan pengampunan! Yang satu ini sifatnya luhur!

Sekali lagi, saudara: memberi ampun kepada orang yang memintanya, itu baik. Namun inisiatif masih berada pada diri orang yang datang meminta ampun! Yang luhur adalah: menyampaikan pengampunan, kendati orang tidak mengharapkannya! Inisiatif berada di tangan anda! Begitulah seharusnya warga Kerajaan Sorga. Aktif menciptakan perdamaian!

Para kekasih Yesus, pada taraf rohani yang manapun anda berada pada saat ini, sesungguhnya Tuhan Yesus ingin anda mencapai keluhuran perilaku yang diuraikan di atas. Berangkat dari kerelaan anda, Tuhan Yesus akan menuntun anda meningkat kepada keluhuran demikian, asal saja anda tidak menolak tuntunanNya.

Saya dapat berbicara demikian karena saya sudah mengalaminya. Kasus sdr. Alut, itulah salah satu kasus di mana saya diproses oleh Tuhan Yesus, diberi kesempatan untuk -memberi- menyampaikan pengampunan! Dalam penuturan pada Bab-4, apakah anda perhatikan bahwa TUHAN mengatur bahwa sayalah yang mendatangi keluarga Alut itu, bukan sebaliknya, kendati mereka yang berbuat kecemaran!

Dalam peristiwa itu saya tidak dapat mengandalkan aturan-aturan adat, tidak boleh mengandalkan aturan-aturan sosial, tetapi aturan yang luhur dari Kerajaan Sorga! Begitulah saudara, seusainya saya menyampaikan pengampunan bagi keluarga Alut itu, melaporlah saya kepada Tuhan Yesus, di dalam doa malam hari. "Tuhan Yesus, keinginanMu sudah saya penuhi, terimakasih bahwa Engkau memampukan saya menyampaikan pengampunan; pekerjaan yang sulit itu sudah terselesaikan..."

Pada saat itulah mata-rohani saya semakin terbuka. Nampaklah oleh saya betapa mulia, agung dan luhurnya Yesus Kristus, yang menyampaikan pengampunan bagi umat manusia dengan cara Dia tersalib di Golgota! Saya mencucurkan air mata keharuan di dalam berdoa itu. Menampak keluhuran Yesus Kristus. Bukannya manusia yang harus datang ke takhtaNya untuk beroleh pengampunan, sebaliknya Yesuslah yang berinisiatif, meninggalkan takhtaNya, turun ke bumi, bahkan mati dengan cara yang paling nista, demi menyampaikan pengampunan bagi manusia-celaka! Inisiatif penyelamatan yang tiada tara!

Begitu pulalah yang harus dilakukan oleh para pengikut Yesus, kendati dalam skala yang lebih kecil! Bukan sdr. Alut yang meninggalkan rumahnya untuk beroleh pengampunan, melainkan hamba Tuhan ini yang harus meninggalkan rumahnya, mendatangi sdr. Alut, demi menyampaikan pengampunan itu. Dan hasilnya, seperti yang sudah saya sampaikan di atas, sungguh luar biasa! Seluruh keluarga itu menjadi orang-orang yang selamat.

Keluhuran-perilaku warga Kerajaan Sorga membuka jalan keselamatan bagi orang lain. Luar biasa kuasa pengampunan! Dan kalau anda mau sungguh masuk ke dalam Kerajaan Sorga, satu jalan utama adalah: praktekkanlah petunjuk-petunjuk pada Bab-4!

--<O>--


7. PENGAMPUNAN: HARTA YANG TAKKAN HABIS TERKURAS !

Saudara, salah satu cara meninjau yang tepat untuk masalah 'memberi ampun', sesuai dengan istilah 'memberi' itu, adalah untuk menganggap pengampunan sebagai suatu 'komoditi', 'barang', yang dapat diberi atau dihadiahkan kepada seseorang. Sebagai 'harta' milik kita sendiri. Jadi kalau seseorang berbuat salah kepada kita, maka hanya kitalah (bukan orang lain!) yang punya hak, memiliki hak untuk mengampuni dia. Memiliki, memberikan, menyampaikan pengampunan, bukankah itu mengakibatkan bahwa 'pengampunan' dapat dipandang sebagai suatu 'komoditi'?

Bab ini akan membahas, berapa banyak 'komoditi' pengampunan itu kita miliki? Apakah ada batasnya? Perkara inipun merupakan prinsip rohani yang harus dihayati umat Kristiani. Penghayatan itu akan kita bahas dengan berangkat dari Luk.16:1-9, yang merekam satu perumpamaan Yesus yang rasanya paling sulit dimengerti. Marilah kita renungkan, karena perumpamaan ini menyampaikan perintah dan pengajaran yang sangat berharga mengenai pengampunan:

<1> Dan Yesus berkata kepada murid-muridNya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. <2> Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. <3> Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. <4> Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. <5> Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? <6> Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. <7> Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. <8> Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu karena ia telah bertindak cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.

Kelihatannya banyak pembaca Alkitab mengalami kebingungan untuk memahami arti perumpamaan yang satu ini, sampai-sampai ada seorang pengkhotbah yang saya simak (sebelum Tuhan menarik saya menjadi hambaNya) membenarkan tindakan korupsi, asalkan hasilnya digunakan untuk menolong orang miskin dan orang susah! Oh, begitu sesatnya ke-Kristen-an sebagian hamba Tuhan!

Puji Tuhan, oleh kebaikan Tuhan Yesus saja saya boleh memahami perumpamaan ini. Setelah beroleh pengertian itu, ada waktunya saya menghabiskan waktu beberapa jam dalam suatu Toko Buku Kristen, membandingkan pelbagai pemahaman dari beberapa penafsir tentang perumpamaan ini. Tidak satupun yang memuaskan hati, selalu ada kelemahan pemahaman di sana sini.

Sekian jauh, penafsiran yang paling 'rajin' tentang perumpamaan ini adalah yang disajikan seorang penulis yang meneliti dalam-dalam, bagaimana seorang bendahara pada zaman Yesus melakukan kegiatannya. Penulisnya sampai meneliti berbagai ketentuan mengenai hutang-piutang pada zaman itu. Namun, saran atau pengajaran tentang bagaimana para pengikut Yesus harus menterapkan perumpamaan ini, tetap kabur baginya.

Umumnya para penafsir sepaham bahwa yang dimaksud dengan bendahara yang tidak jujur itu adalah para pengikut Yesus. Kita semua orang berdosa, yang tidak jujur, bukan? Dan seorang kaya itu menggambarkan Yesus Kristus, Yang Mahakaya! Namun kalau tiba kepada urusan pengubahan isi Surat Hutang, yang mengandung unsur kecurangan, maka para penafsir itu mengemukakan pemahaman yang tidak mantap, ragu-ragu!

Tidak usah berpanjang-panjang kata, saya sajikan saja tabel di bawah ini untuk pemahaman arti perumpamaan itu:

PERUMPAMAAN KEHIDUPAN KITA

Tuan
Tuhan Yesus
Orang yang berhutang kepada Tuan itu (diringankan hutangnya) Manusia (yang berhutang dosa)(dihapuskan dosanya)
Harta Tuan itu (dihamburkan) Pengampunan dosa (di'obral')
Bendahara yang memboroskan harta Tuannya Utusan Tuhan Yesus yang mengobral pengampunan!


Saudara, kalau anda sudah menerima pemahaman bahwa Tuhan Yesuslah yang digambarkan oleh Tuan yang kaya di dalam perumpamaan itu, maka dengan cepat anda dapat menerima bahwa orang-orang yang berhutang itu melambangkan pendosa-pendosa, yang berhutang (dosa) kepada Tuhan Yesus!

Jelas bahwa orang-orang berhutang di dalam perumpamaan itu diringankan dari hutang-hutangnya masing-masing. Di dalam kehidupan kita: para pendosa dibebaskan dari (hutang) dosa-dosanya! Jadi, apakah 'harta' milik Tuhan Yesus yang dapat dipakai menghapus dosa orang? Tidak bisa lain: itulah pengampunan! Dan itulah yang sangat berharga; bukankah 'pengampunan' menjadi dasar keselamatan, sesuai dengan pelajaran pada Bab-1?

Selanjutnya menjadi tidak terlalu sukar; siapakah 'bendahara' yang dimaksud oleh perumpamaan itu? Yang mem'boros'kan harta atau pengampunan milik Tuhan Yesus itu? Seharusnyalah kita teringat akan sabda Yesus pada Yoh.20:21-23,

<21> Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." <22> Dan sesudah berkata demikian, Ia mengem busi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. <23> Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."


*** Saudara, siapakah yang diberi kesempatan oleh Yesus untuk menghambur-hamburkan hartaNya pada ayat di atas? Mereka yang diutus oleh Yesus <ayat-21>! Dan siapakah yang diutus oleh Yesus? Semua pengikut Yesus, yakni orang Kristen yang telah bertobat, yang rajin berdoa syafaat, memohon keampunan bagi orang lain, seperti anda baca dalam kasus-kasus yang lalu! Jadi, kita yang telah bertobat, diutus oleh Tuhan Yesus untuk menghamburkan pengampunan itu bagi setiap orang, orang di dalam syafaat kita!

Dan apakah mereka yang meng'obral' pengampunan itu bukannya sedang berbuat kecurangan terhadap Tuhan Yesus? Sama sekali tidak, saudara, karena Yesus sendiri yang menyuruh utusannya berbuat demikian! Itu pulalah yang terjadi dalam berbagai kasus yang telah anda baca di dalam buku kecil ini. Sepanjang peristiwa yang dicatat oleh buku ini, bukankah saya telah menghambur-hamburkan pengampunan dari Tuhan Yesus?

Sesungguhnya Yesus mengharapkan, bahkan menuntut para pengikutNya untuk mengobral pengampunan! Menghamburkan 'harta' Yesus yang menjadi basis bagi keselamatan pengikutNya <Luk.1:76-77>, seperti yang telah kita renungkan lebih dahulu! Dan ajaibnya, 'harta' yang Yesus anjurkan kita hamburkan itu tidak akan terkuras habis. Tidak seperti halnya harta si Tuan di dalam perumpamaan itu (gandum dan minyak), yang pasti akan habis pada waktunya!

Sekarang, apakah anda sudah menyediakan diri untuk ikut menghamburkan pengampunan, harta Yesus itu sesuka hati anda? Lihatlah, Yesus bahkan menempelak anak-anak terang, atau anak-anak Kerajaan, yang kalah cerdik dari anak-anak dunia <ayat-8>. Yesus meng-kritik mereka yang mengaku pengikut Yesus, namun enggan menghamburkan 'harta' itu; malas mengobral pengampunan!

Kita manusia, yang suka membatas-batasi diri dalam memberi maaf atau pengampunan. Ucapan yang seringkali terdengar: "Saya habis sabar...!", sesungguhnya sudah menutup pintu pengampunan bagi sesama! Atau kalimat: "Sudah berulang-kali saya maafkan dia, sekarang cukup..." yang segera diikuti penindakan atau kutukan bagi saudara tersebut. Tanpa sadar kita sendiripun kehilangan pengampunan TUHAN, kehilangan keselamatan!

Sebaliknya, apakah anda dapat mengamati bahwa pekerjaan mengampuni sebenarnya tidak menghabiskan tenaga atau uang ataupun benda lainnya! Sebenarnya pengampunan tidak pakai 'ongkos'! Sebaliknya dengan penindasan, maka hal itu memakan biaya yang lumayan. Untuk anda membalas memukuli orang yang telah menindas anda, anda harus keluar tenaga, bukan? Anda harus menghabiskan enersi tertentu! Apakah anda dapat memahami fakta-fakta yang dikemukakan tadi? Untuk menagih hutang orang lain terhadap anda, anda harus mengeluarkan ongkos! Tetapi untuk membebaskan dia dari hutang itu, anda tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra! Maka itu, pengampunan adalah 'harta' yang takkan habis terkuras!!

Jadi, jika anda biasa mengampuni orang yang menyakiti anda, sesungguhnya anda mampu bertanding dengan penindasan orang lain! "Ayoh, kita bertanding, siapa duluan kehabisan tenaga; kamu penindas atau saya pengampun!?" Dapatlah terjadi, bahwa setiap kali orang itu mengeluarkan usaha atau tenaga atau biaya untuk menindas anda, anda cukup menyampaikan ucapan pengampunan, tanpa mengeluarkan tenaga! Begitu seterusnya sampai dia kehabisan tenaga, kehabisan daya, dan pertandingan itu anda menangkan. Dan bukan hanya pertandingan itu, saudara; diri orang itupun pasti anda menangkan, bahkan diselamatkan!

Bersediakah saudara sekarang bertanding secara 'santai' demikian? Dan memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan Yesus melalui pengampunan? Silahkan, hambur-hamburkanlah 'harta'Nya Tuhan Yesus itu; sekaligus pastikanlah satu tempat bagi diri anda di dalam rumah Bapa yang penuh kesenangan. HALLELUYAH!

Kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus pasti melimpahi setiap orang yang sungguh-sungguh mematuhi Dia, AMIN!

--<O>--