Kaum Injili menganut...
...PELAYANAN BERLANDASKAN
‘SABDA’ DAN ‘UCAPAN’
OLEH: IR ETSIM AISAHAR
Khusus bagi umat Kristiani yang ingin lebih maju secara rohani.
MAZMUR 8:2-3... dibaca...DALAM IMAN KAUM INJILI:
Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya Ya YESUS, Raja kami, betapa mulianya
namaMu di seluruh bumi! nama Yesus di seluruh bumi!
KeagunganMu Keagungan Yesus
yang mengatasi langit dinyanyikan. yang mengatasi langit dinyanyikan.
Dari mulut bayi-bayi Sejak masa bayi
dan anak-anak yang menyusu dan balita
telah Kauletakkan dasar kekuatan telah Yesus luapkan otoritas dari mulut/ucapan kami...
karena lawanMu... karena Iblis, lawanMu dan
lawan kami...
untuk membungkamkan untuk membungkamkan
musuh dan pendendam. Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Halleluyah! Hallelu-Yesus!
Bahkan sejak manusia belajar berbicara,
terpancar kuasa(-Yesus) dalam setiap ucapan orang percaya;
untuk membungkam Iblis dan malaikat Iblis,
yang memusuhi orang-yang-percaya-kepada-Yesus-Kristus!
Mulialah Yesus Kristus dalam kehidupan saya; Amin.
PENDAHULUAN
Di muka bumi ini sudah terbentuk ratusan Sekte-Kristiani, dengan ragam-ragam pelayanan yang dikenal dan dikembangkan oleh masing-masing Sekte. Untuk beragam-ragam pelayanan yang dikenal, misalnya pelayanan-pertobatan, pelayanan-orang-sakit, pelayanan-pengusiran-setan, dll., beragam pula teknik atau metode pelayanan yang dikembangkan.
Sebagai contoh, untuk satu jenis: pelayanan-pertobatan, dikenal pelbagai ragam metode... Sebagian (sebut saja: Golongan-1) menganggap bahwa jika sudah dibaptis oleh Gereja itu dan menjadi anggota tetap, maka orang itu sudah bertobat. Sebagian lain (Gol.-2) menekankan, bahwa (calon-)petobat itu harus dibaptis dan didoakan oleh Pendeta, untuk pengampunan dari dosa-dosanya. Sebagian lain lagi (Gol.-3) mene-gaskan, perlu (calon-)petobat itu dikenai penumpangan tangan oleh seorang Pendeta yang terbukti pelayanannya diurapi Tuhan. Malah ada (Gol.-4) yang menekankan, penumpangan-tangan itu harus disertai bahasa-lidah! Mungkin ada lagi golongan dengan metode lain, barangkali Gol.-5(?).
Nah, untuk satu urusan, yang bernama pelayanan-pertobatan, ternyata ada beragam metode, padahal Tuhan yang disembah adalah satu: Yesus Kristus. Maka dari (kata-kan saja) lima metode yang dianjurkan oleh lima golongan itu, tentunya hanya satu yang sesuai dengan pikiran Tuhan! Tidak mungkin kelima metode itu tepat dengan pikiran Tuhan Yesus! Atau bahkan kelima metode itu meleset!?
Di manakah kebenaran??
Kaum Injili sungguh beruntung, dibimbing oleh Roh Yesus meneliti seluruh pelayanan Yesus di dalam pelbagai rekaman Injil, beserta pengajaran para Rasul, demi menun-tun (calon) pengikut Yesus ke dalam kebenaran Yesus Kristus!
Buku kecil ini secara sekilas mengamati pelayanan Yesus selama di bumi, sekaligus memaparkan metode yang dianut oleh Yesus sendiri, beserta tanggapan para Rasul, yang ditampilkan di dalam pelbagai pelayanan mereka! Nah, jika Pembaca mau meningkat menjadi orang Kristen yang ‘pas’, menurut standard Yesus (bukan sekedar standard Sekte-sekte), selayaknyalah Pembaca mematuhi prosedur yang Yesus kembangkan atau Yesus ajarkan sendiri! Sebab Yesus Kristuslah yang Juruselamat kita, bukannya Gereja-gereja atau Sekte-sekte. Hallelu-Yesus!
1. KERAJAAN SORGA: ‘KERAJAAN HUKUM’
Singkat-singkat saja, Injil yang diberitakan oleh Yesus-Anak-Manusia adalah Injil Kerajaan (-Sorga) [Mat.24:14; Luk.8:1, dll.], bukan Injil Gereja, bukan pula Injil Katolik, juga bukan Injil Protestan atau Injil Sekte-sekte! Jelas sekali perintah pertama Yesus dalam rekaman-rekaman Injil adalah [Mat.4:17]: “Bertobatlah, sebab Keraja-an Sorga sudah dekat!” Bukan masalah mengikuti ibadah Mingguan, bukan urusan rituil begini-begitu, bukan kegiatan lainnya, tetapi tindakan bertobat! Perintah per-tama Yesus bukan urusan menjadi umat (beragama) Kristen, bukan urusan menjadi warga Sekte atau anggota Gereja-ini-itu, melainkan hal memasuki Kerajaan Sorga!
Masih tentang Kerajaan Sorga, Yesus sendiri bersabda [Mat.12:28]: “...tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Theos, maka sesungguhnya Kerajaan Theos {sama dengan Kerajaan Sorga; Pen.} sudah datang kepadamu.” Jelas sekali, Yesus mengkaitkan hal bergabungnya seseorang ke dalam Kerajaan Sorga dengan urusan pengusiran setan-setan dari dirinya. Mengapa? Karena Injil mengajar:
Iblis dengan malaikat-malaikatnya (setan-setan) adalah
pemberontak dari Sorga, jatuh ke dalam dunia,
lalu menyesatkan seluruh dunia [Why.12:7-9].
CATATAN (memperhatikan Mat.12:28; ‘Roh Theos’): Dalam Alkitab standard (L.A.I.) digunakan istilah ‘Roh Allah’, sementara istilah ‘Allah’ berasal dari nama sembahannya (‘Theologia’) Muhammad, yakni nama-pribadi (‘proper-name’) tokoh sembahan itu. Theologia Perjanjian Baru (dalam bahasa asli: Yunani) menggunakan istilah ‘Theos’ (yakni gelar atau ‘generic-name’, bukan ‘proper-name’). Tidak etis ‘proper-name’ suatu tokoh dimanfaatkan menjadi ‘generic-name’ tokoh lain. Kerancuan akan timbul. Tudingan: “Mencuri hak-cipta!” akan muncul! Karena Kaum Injili tidak menganut Theologia-Muhammad, melainkan Theolo-gia P.Baru, maka pemakaian istilah ‘Allah’ untuk menunjuk Sembahan Kristiani diakhiri di sini! Selanjutnya akan digunakan istilah ‘Theos’, istilah yang (tentunya) disahkan oleh Roh Kudus, yang mewahyukan (dan mengharuskan) penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani.
Kembali kepada Mat.12:28, oleh siapakah setan-setan harus diusir dari diri anda? Penjelasannya disajikan pada Bab-5 dan 6!
Selanjutnya, jika ada Kerajaan (Sorga), tentu ada Raja yang memerintah Kerajaan itu. Injil Kerajaan Sorga memberitakan bahwa sejak hari kelahiranNya [Mat.2:2], Yesus sudah diperlakukan sebagai Raja (ingat orang Majus, yang mendatangi serta menyembah ‘Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu’?). Sampai kepada penyalibanNya [Mat.27:37: ...”Inilah Yesus Raja orang Yahudi”], berlanjut sampai kepada kedatangan Yesus yang kedua kali [Mat.25:31-34: ...Dan Raja itu akan berkata kepada yang disebelah kananNya...]. Jelas sekali...
...Yesus adalah Raja Sorga yang diberitakan oleh Injil Kerajaan.
Selanjutnya, sewajarnyalah Raja memberlakukan Hukum di dalam KerajaanNya! Tidak heran, sejak zaman Nabi Yesaya [Yes.42:1-4] sudah dinubuatkan tentang Yesus, yang akan menegakkan Hukum, sampai ‘menang’. Realisasi nubuatan itu ditegaskan oleh Matius [Mat.12:18-21, khusus ayat-20]: Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya... sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
Amatilah sabda-sabdaNya yang berisi pelbagai kecaman terhadap berbagai pihak pada Rekaman-Injil Matius Pasal-11 dan -12. Penulis mencatat kecaman terhadap Yohanes Pembaptis, yang menjadi ragu tentang Yesus [11:11-14]; kecaman atas masyarakat yang kecewa lalu menolak Yesus [11:16-19]; kecaman atas kota-kota yang enggan bertobat, seraya hukuman yang menanti kota-kota itu [11:20-24]; kecaman terhadap orang-orang bijak dan pandai [11:25-28]; kecaman atas orang-orang yang memberhalakan Sabat [12:1-4]; kecaman atas peraturan-per-aturan yang tidak sehat, yang bukan berasal dari Sorga [12:5-8]; kecaman atas dangkalnya pemahaman orang Farisi tentang roh dan setan [12:22-27]; kecaman atas perilaku yang tidak benar [12:30-35]; kecaman atas dasar kepercayaan yang meleset (berdasar mujizat, bukan berdasarkan iman) [12:38-42], diikuti gambaran tentang penghakiman yang akan terjadi; kecaman atas pelayanan-pengusiran setan yang tidak tuntas [12:43-45]; dan kecaman atas tatanan-keluarga yang berdasarkan darah dan daging, suatu hal yang tidak berlaku di dalam KerajaanNya [12:46-50].
Sebelas (!) macam kecaman itu bernuansa penghakiman, menunjukkan kepada Pembaca wibawa (otoritas) menghakimi yang Yesus miliki!
Silahkan pula Pembaca membaca pula tentang ‘Delapan-Celaka’ yang Yesus lontar-kan kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang ditudingNya munafik [Mat.Ps.23]! Bagus jika Pembaca meneliti Pasal tersebut. Puncak (kemenangan) dari Hukum Kerajaan Sorga terjadi pada Hari Penghakiman, pada waktu Yesus menjadi Hakim Yang mengadili umat manusia dan setan-setanpun [Mat.25:41]. Sungguh...
‘Hukum’ adalah pancaran Wibawa Kerajaan Sorga!
2. MENURUT UCAPANMU....
Mat.12:37 adalah satu sabda Yesus yang bernuansa Hukum: “...Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.”
Di dalam Kerajaan Sorga, ucapan setiap orang berkaitan langsung dengan Hukum. Di dunia ini tidak terlalu nampak keterkaitan ucapan terhadap Hukum-hukum Negara. Sebab kemampuan hamba-hamba Hukum di Dunia untuk melakukan pe-mantauan dan pencatatan atas setiap ucapan warga-negara sangat terbatas! Tetapi tidak demikian halnya dengan Kerajaan Sorga! Raja Sorga memiliki telinga seluas bumi. Dan serba-hadir (omni-present) pula. Maka setiap ucapan setiap orang dapat didengar dan dicatatNya. {Ingat sabda Yesus? “...Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya...” [Mat.10:30]}. Tambahan lagi, hadir pula si Iblis beserta ber-laksa malaikatnya [Why.12:4,7-9] yang selalu mengintai perilaku dan ucapan manusia untuk, siang malam didakwanya di hadirat Theos [Why.12:10]! Maka setiap orang harus waspada akan ucapan-ucapannya, berdasarkan mana ia mungkin dibenarkan, mungkin juga dihukum!
Pembaca yang terkasih, belajar sabda Yesus tidak cukup dengan membaca apa yang diucapkanNya. Bahkan apa yang tidak diucapkan oleh Yesus harus diperhatikan pula. Beberapa di antaranya:
** Tidak ada sabda Yesus yang berbunyi: “Karena menurut baptisanmu engkau akan dibenarkan, menurut baptisanmu pula engkau akan dihukum...” Anehnya, dan sedihnya, Sekte-sekte Kristiani bertikai urusan metode pembaptisan-air. Yang menganut baptisan-selam cenderung meremehkan yang melakukan baptisan-percik, dan masing-masing menganggap diri sudah benar! Ada satu saja Tuhan (Yesus), sementara ada beberapa metode pembaptisan(-air); bukankah ini berarti satu saja praktek baptisan(-air) yang sesuai dengan pikiran Kristus? Yang lainnya keliru. Bahkan masih mungkin semuanya keliru! Akal sehat sungguh harus diman-faatkan di dalam belajar kebenaran Kristus! Sayangnya, ruangan buku ini tidak dimaksudkan untuk membahas-tuntas masalah baptisan(-air). Hal itu menjadi topik pada buku pelajaran Kaum Injili yang lain!
** Tidak ada sabda Yesus yang berbunyi: “Karena menurut Sekte-mu (atau menurut Gereja-mu) engkau akan dibenarkan, dan menurut Sekte-mu (atau menurut Gereja-mu) pula engkau akan dihukum.” Tidak ada sabda Yesus yang demikian, namun Gereja-gereja bertikai menonjolkan diri yang paling benar, bahkan ada yang menganggap bahwa umat diselamatkan oleh Gereja tsb.!
** Tidak ada sabda Yesus yang berbunyi: “Karena menurut ucapan Pendetamu engkau akan dibenarkan...” Namun seringkali terdengar ucapan di tengah umat Kristiani: “Sudah demikian ucapan(!) bapak Pendeta, jadi lakukan sajalah!” Ucapan Pendeta sudah disetarakan dengan sabda Yesus!
Menurut ucapanmu.... demikian disabdakan oleh Yesus, Kebenaran.
Nyaris tidak terlihat Gereja-gereja Kristen yang menarik manfaat dari sabda Yesus ini. Kaum Injili saja yang sibuk melayani berlandaskan ucapan! Di pihak lain, justru Jin-jin Arab yang mengerti prinsip ini dan sudah ribuan tahun menterapkannya. Bahkan memanfaatkannya untuk kerugian Kerajaan Sorga! Pembaca belum menangkap maksud Penulis? Ucapkanlah berulang-kali Kalimat Syahadat (Credo) para pengikut Muhammad, maka anda akan di-claim oleh jin itu sebagai domba miliknya! (Prinsip dakwaan, [Why.12:10]).
Jin itu akan menuntut agar Tuhan memberi peluang bagi jin itu untuk memproses anda menjadi sungguh-dombanya! (Prinsip pemrosesan seperti yang dikenakan kepada Ayub sehingga dia jatuh miskin, bahkan terazab oleh penyakit [Ay.Ps.1 & 2]). Kemungkinnya cukup tebal, bahwa anda akan menjadi pengikut Muhammad! Sebab Kalimat itu berarti: Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah! Kalimat ini (secara tersirat) menyangkali ke-tuhan-an Yesus Kristus, sebab ‘Allah’ adalah nama-pribadi (‘proper-name’) Sembahannya Muhammad. Sesungguhnya bukan khitan (sunat) yang memeteraikan seseorang menjadi pengikut Muhammad, melainkan pengucapan Kalimat Syahadat itulah. ”...menurut ucapanmu...” Sungguh para jin yang jahat itu mengerti Sabda Yesus, bahkan menyalah-gunakannya!
*** Kelicikan jin sedemikian sudah diamati oleh Kaum Injili, yang banyak melayani kelepasan bagi saudara-saudara yang sempat murtad dari ke-kristen-an, kembali menjadi domba Kris-tus. Ternyata di masa lalu mereka (sebelum murtad), mereka sudah (terpancing) mengucap-kan Kalimat Syahadat. Atau sekurang-kurangnya beroleh jasa dari jin-jin Arab, mungkin berupa pergaulan akrab, atau perolehan jimat atau kesembuhan ajaib dari tabib mereka! Oleh sebab itu berhati-hatilah Pembaca yang membesarkan anak-anak kecil, yang dilayani oleh Pembantu Rumah Tangga yang lain iman! Anak-anak anda mungkin meniru ucapan-ucapan Pembantu itu, bahkan meniru ritual mereka (sholat). Di masa depan, ucapan (Kalimat Syaha-dat) itu akan didakwakan oleh jin-jin Arab di hadapan Theos. Ada banyak kasus sedemikian telah kami amati! ***
Kalau di pihak anti-Kristus, jin-jin Arab telah memanfaatkan ‘Wibawa (otoritas) di dalam ucapan’ bagi keuntungan kuasa-kegelapan, maka di pihak sini, Kaum Injili-lah yang banyak menguntungkan Kerajaan Sorga dengan memanfaatkan prinsip ‘Wibawa di dalam ucapan’ itu. Satu kasus di bawah ini melukiskan hal itu...
Ada ketikanya, Penulis mencari sumber air di lereng gunung Salak dipandu oleh sdr. Jujun, seorang Sunda, penduduk suatu desa di daerah itu. Sementara memasuki hutan, Penulis melihat wajah sdr. Jujun itu ragu dan takut. Di saat itulah Roh Yesus memberi ilham untuk menginjili sdr. Jujun itu, melalui pelayanan-ucapan! Penulis katakan kepada Jujun: “Jujun, kelihatannya kamu ketakutan?” yang dengan tersipu-sipu di-iya-kannya.
Penulis memasuki wawasan berpikir penduduk di sana: mereka mengandal-kan jampi/mantera untuk me’mompa’ keberanian. Wawasan berpikir itu Penulis tunggangi dengan menawarkan kepada Jujun suatu ‘jampi’ (doa) untuk melin-dungi diri. “Jika kamu mau, Jujun, ikutilah kalimat jampi ini, supaya kamu tidak ketakutan lagi.”
Ketika dia menyatakan sepakat, Penulis menyuruh Jujun mengikuti kalimat berikut, yang dia taati, lalu dia ucapkan: “Hai ular-ular, macan-macan, makhluk-makhluk halus, kalian semua harus menyingkir! Saya, Jujun, anakNya Yesus Kristus mau melintas!” Ketakutan Jujun segera mencair. Pada saat itu Penulis sudah mengerti, bahwa ucapan tadi tidak berakhir di sana...
Ucapan Jujun itu (melalui doa-doa perkara, melalui karya Roh Yesus dan melalui penginjilan lanjutan) membuat Mat.12:37 menjadi kenyataan: satu bulan setelah pelayanan-ucapan itu, Jujun menerima Yesus Kristus selaku Juru-selamatnya pribadi. Hallelu-Yesus!
3. PARA RASUL MENGAMINKAN ‘PELAYANAN-UCAPAN’
Pembaca yang terkasih, jangan kiranya anda menganggap bahwa pelayanan-berlan-daskan-ucapan adalah reka-rekaan Penulis saja! Yesus dan para RasulNya meng-aminkan metode ini, nyata dari catatan-catatan berikut (beberapa contoh saja, karena keterbatasan ruangan):
1. Mat.10:7-8; Pergilah dan beritakanlah, Kerajaan Sorga telah dekat. Sembuh-kanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. {Memberitakan, menyembuhkan, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, semuanya dilakukan dengan ucapan; Pen.}
2. Perintah Yesus dalam Mat.10:8 itu dilaksanakan oleh para murid, contohnya pada Luk.10:17: Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.” {Pasti murid-murid itu tidak menggunakan pentungan atau lembing untuk menaklukkan setan-setan, melainkan dengan mengucapkan perintah, mengandalkan nama Yesus; jadi: suatu pelayanan-berlandaskan-ucapan; Pen.}
3. 1Yoh.1:9; Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehing-ga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. {‘Mengaku’ dosa diucapkan, jadi pelayanan-berlandaskan-ucapan; bukan dengan menjual surat-pengampunan dosa, (dilakukan pada zaman kege-lapan Gereja); bukan juga melalui pembaptisan yang-begini-begitu, seperti yang dianut segolongan umat Kristiani; Pen.}
4. Bahkan keselamatan umat Kristiani dicapai melalui ucapan, tercatat dalam Rm.10:9-10: Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus ada-lah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Theos telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. {Lagi-lagi ditampil-kan pelayanan-berlandaskan-ucapan beserta ‘Wibawa di dalam ucapan’; Pen.} Apakah Pembaca memperhatikan, bahwa ayat ini menampilkan suatu ‘harga-mati’ untuk beroleh keselamatan dari Tuhan Yesus? Tidak cukup sekedar pembaptisan-air, tetapi harus mengakui: Yesus adalah Tuhan, dan percaya... dst.
Pembaca yang terkasih, tidak mungkin buku ini memuat semua kasus pelayanan-berlandaskan-ucapan yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Terlalu banyak untuk dicatat dan terlalu banyak ruangan akan dihabiskan. Sebaiknya Pembaca menelusuri saja pekerjaan para Rasul itu, banyak direkam di dalam Kisah Para Rasul.
4. HIRARKI UCAPAN-UCAPAN
Sekarang kiranya Pembaca sadar tentang pentingnya ‘ucapan’, sebab setiap ucapan mengandung wibawa. Nah, karena setiap hal yang bersangkutan dengan wibawa pasti berkaitan dengan hirarki (tingkat kewenangan atau tingkat kewibawaan) tokoh yang mengucapkannya; maka ‘ucapan’ juga mengenal hirarki. Tergantung dari hirarki dari tokoh yang mengucapkan. Lihatlah diagram berikut:
mengeluarkan
TOKOH èèèèèèèèè UCAPAN
Wibawa àà terbawa àà pancarkan Wibawa
(milik Tokoh)
Semakin tinggi hirarki TOKOH yang berbicara, semakin kuat pancaran WIBAWA melalui UCAPANnya! Sedemikian pentingnya hal ini, sehingga dalam ‘bahasa’ Alkitab digunakan beberapa istilah yang berbeda untuk satu urusan ‘ucapan’: yakni ‘firman’ (untuk Yang Mahapencipta atau Theos) , ‘sabda’ (untuk Raja) dan ‘ucapan’ (untuk rakyat atau umat).
4.1. THEOS (YANG MAHAPENCIPTA): BERFIRMAN
Alkitab jelas membedakan tiga jenis hirarki dari ucapan, seperti diutarakan di atas. Selanjutnya, Perjanjian Baru (terjemahan bahasa Ibrani, bahasa yang kaya dengan istilah untuk jenis ucapan) memperkenalkan istilah khusus untuk Yesus, yang adalah Theos dalam penampilan manusia [Yoh.14:8; “...Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa...”]. Maka di dalam P.Baru berbahasa Ibrani selalu digunakan ungkapan ‘Yesus leomer’. Dan ‘leomer’ tidak digunakan bagi Raja sekalipun, sebab Yesus-Anak-Manusia lebih luhur dari pada sekedar Raja. {‘Leomer’, secara sederha-na, berarti ‘berbicara-dengan-indah-penuh-wibawa’; lihatlah Mat.7:29; Pen.}
Karena Yesus (Kurios) memiliki kesetaraan dengan Theos [Flp.2:6], maka ‘leomer’ Nya Yesus tentu setara dengan ‘firman’ Theos.
Dari penggunaan istilah ‘firman’, khusus untuk Yang Mahapencipta, jelaslah lingkup wibawa ‘firman’ adalah seluas kekuasaan Yang Mahapencipta, seluas jagat-raya. Sebab ‘firman’ hanya keluar dari ‘mulut’ Pencipta langit, angkasa dan bumi beserta segala isinya! Demikian pula wibawa ‘leomer’ adalah seluas jagat-raya, sebab Yesus (Firman) telah menjadikan segala sesuatu [Yoh.1:1-3], bahkan ’leomer’-Nya Yesus memberi roh dan hidup [Yoh.6:63]! Selayaknyalah setiap pembaca P.Baru memberi penghormatan, dan perhatian khusus atas ‘leomer’ yang keluar dari mulut Yesus: mengungguli pengajaran Alkitab selebihnya; Hallelu-Yesus!
Dari kenyataan bahwa Tokoh yang mengeluarkan ‘firman’, adalah Yang Mahapen-cipta, Yang Kekal, dapatlah dimengerti bahwa ‘firman’ (dan ‘leomer’) memiliki wibawa (dan kuasa) seperti dicatat dalam Yes.55:10-11; Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuat-nya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu; ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melak-sanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
Jelaslah, ‘firman’ tidak akan dibatalkan, tidak juga diralat, sebab Yang memfirman-kannya adalah Yang Kekal. Tidak perlu diralat; sejak dari masa-penciptaan (Kitab Kejadian) ‘firman’ selalu berhasil melaksanakan kehendak Yang Maha-pencipta!
4.2. RAJA: BERSABDA
Telah sama dimengerti, bahwa Wibawa suatu tokoh selalu berkaitan dengan Hirarki (Martabat) dirinya, dan berkaitan langsung pula dengan wibawa-ucapannya. Maka, untuk seorang Raja, tidak digunakan istilah ‘ucapan’ (ini diperuntukkan bagi rakyat), melainkan ‘sabda’.
Wibawa ‘sabda’ tentunya seluas wilayah negeri (negara) yang diperintah atau dikuasai oleh Raja. Mirip dengan wibawa ‘firman’, yang seluas jagat-raya, lingkup kekuasaan Tuhan. Hal yang serupa berlaku bagi ‘ucapan’ Presiden suatu negara (modern), terkenal sebagai Keputusan Presiden (Kep.Pres.).
Namun, karena Raja atau Presiden tidak memiliki kekekalan seperti Theos, maka ‘sabda’ tidak memiliki wewenang dan kuasa sekuat ‘firman’. Dari sudut pandang kekekalan, pengamatan menunjukkan jelas bahwa keputusan Raja atau Kep.Pres. tidak kekal, seringkali diralat, demi perbaikan kualitas Pemerintahan.
4.3. UMAT (MANUSIA): BERUCAP
Pengertian baku: Wibawa suatu tokoh selalu berkaitan dengan Hirarki dirinya, dan berkaitan langsung dengan wibawa-ucapannya. Maka, ‘ucapan’ (umat atau rakyat), tidak memiliki wibawa dan kuasa sebesar yang dimiliki oleh ‘sabda’. Wibawa ‘ucap-an’ hanya meliputi diri sendiri, dan... tentu keturunan, sebab anak selalu berada di bawah kekuasaan orangtua, beranting kepada cucu serta keturunan lanjutannya!
Semua pemahaman ini seyogyanya mewaspadakan setiap manusia, untuk berhati-hati dengan ucapannya, baik ucapan tentang diri sendiri, maupun tentang anak-cucunya. Rasul Yakobus menekankan pentingnya berhati-hati dengan ucapan, karena ikut menentukan kesempurnaan seseorang [Yak.3:2]: ...barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna...
Ucapan (bersumber dari hati, didorong keluar oleh lidah) sangat menentukan nasib manusia, sehingga tentang lidah, Rasul Yakobus melanjutkan [Yak.3:6]: Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka... Sungguh banyak pernyataan-pernyataan di dalam Alkitab, bahkan juga di tengah orang dunia, tentang pentingnya mengendalikan lidah (dan ucapan!).
Rasul Yakobuslah yang secara luas dan kencang mewaspadakan umat mengenai lidah (dan ucapan), untuk dijaga, walaupaun harus dengan susah-payah. Dilanjut-kannya dalam Yak.3:7-8: Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang men-jalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
Penuh racun yang mematikan...; mematikan diri sendiri dan mungkin mematikan orang lain (membunuh dengan ucapan). Adakah peringatan yang lebih keras dari pada pengajaran Rasul ini? Sebab selain penuh racun yang mematikan, lidah (beserta ucapan yang didorongnya) tidak terkendalikan oleh manusia!
Alat-bicara yang sedemikian kecilnya, sungguh tidak terkendalikan oleh manusia. Tidak heran, Raja Daud yang penuh hikmat sampai memohon agar Tuhan yang mengendalikan alat-bicaranya [Mz.141:1-3]: 3 Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!
*** Maafkan saya, Pembaca, hati Penulis tergerak tidak tertahan untuk bersaksi tentang kebenaran ayat ini kepada Pembaca, ikutilah...
Segar ingatan Penulis mengenai suatu peristiwa ketika saya duduk di kelas-6 S.R. (Sekolah Rakyat), sementara adik perempuan, si bungsu di rumah kami, baru berusia lima tahun. Pada waktu itu kami berdua bertikai, untuk urusan kanak-kanak. Saya tergulung amarah yang kuat, dan tangan kanan saya tidak tertahankan, menempeleng adik itu. Beberapa menit kemudian, pipinya berbekas merah, cap jari-jari tangan saya. Habis amarah, ketakutan menguasai diri saya. Saya memasuki kamar-tidur, menutup pintu dan berdoa, serupa ucapan Raja Daud: “Tuhan, jangan biarkan tangan saya ini mencederai satu manusiapun! Jangan pernah lagi, ya Tuhan!”
Luar biasa kebaikan hati Tuhan Yesus! Rupanya ucapan tulus anak kecil itu di-’claim’ oleh Sorga! Sampai sekarang (tahun 2002), Penulis berusia 60-tahun, didampingi oleh satu orang istri dan lima anak, pensiun dari Angkatan Darat, tidak pernah terjadi tangan-tangan ini menempeleng atau mencederai satu orangpun! Luar biasa kasih Yesus, bagi siapa saja yang berdoa dalam ketulusan... Tepatlah sabdaNya: ”...menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan...”!
Kembali kepada penyampaian Rasul Yakobus [3:9-10]: 9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah {jadi: ucapan! Pen.} kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Theos, 10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Ayat ini mengajar kita untuk sungguh-sungguh mengendalikan ucapan kita, jangan sampai keluar ucapan kutuk, melainkan (ucapan) berkat saja. Terpujilah Yesus Kristus.
Sayangnya, sungguh banyak umat Kristiani yang mengobral ucapan kutuk, kurang mengucapkan berkat. Hal-hal ini akan kita lihat pada Pasal yang mendatang.
4.4. PELBAGAI DAMPAK UCAPAN MANUSIA
Ucapan (yang berisi berkat atau kutuk) mungkin berdampak kepada sasaran ucapan itu! Tergantung Wibawa dari tokoh yang mengucapkannya terhadap sasaran ucapan itu. Dampak yang buruk dari suatu ucapan kutuk biasanya terjadi oleh hadirnya Iblis, yang berperan sebagai tersurat dalam Why.12:10: ...”Sekarang telah tiba keselamat-an dan kuasa dan pemerintahan Theos kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang men-dakwa mereka siang dan malam di hadapan Theos kita...”
Iblislah (beserta malaikat-malaikat Iblis) yang mendakwa saudara-saudaranya tokoh sorgawi yang mengucapkan kalimat tadi! Tidak bisa lain, anak Tuhanlah yang siang-malam didakwa oleh Iblis di hadapan Theos, di hadapan Mahkamah Sorgawi: Hakim Sorgawi itu adalah Theos, ‘Jaksa’ (Penuntut/Pendakwa) adalah Iblis, dan para ter-dakwa adalah umat Tuhan yang terjerumus; keluar dari perlindungan: rambu-rambu yang digelar oleh Theos. Kitab Ayub Pasal-1 dan -2 menggambarkan jelas tentang jalannya sidang Mahkamah Sorgawi itu. Periksalah, saudara. {Sebagian Pembaca mungkin bertanya: “mengapa tidak ada Pembela?” Jawabnya adalah bahwa Pembela hanya diperlukan jika penguasaan Hakim tentang dalil-dalil Hukum beserta keadilan Hakim itu masih diragukan. Hakim Sorgawi, Yesus Kristus: Serba tahu dan Maha-adil!}
Pemaparan selanjutnya akan menguraikan dampak ucapan dari sisi negatipnya saja, demi mewaspadakan dan demi menangkal kerugian bagi Pembaca!
4.4.1. DAMPAK BURUK TERHADAP DIRI SENDIRI
Banyak orang yang ceroboh tentang ucapannya. Anak-anak remaja, sewaktu dimintai tolong oleh orangtuanya, kadangkala mengucapkan: “Ahh, Andre males ahh!” Perhatikanlah, semakin banyak dia mengucapkan kalimat yang meluap dari hatinya itu, semakin terbentuk dia menjadi pemalas. Yakni jika Iblis sudah melancarkan dakwaannya di hadapan Mahkamah Sorgawi: “Tuhan, aku mendakwa si Andre itu. Sudah dua-ratus empat-puluh tiga kali dia mengucapkan ‘Andre malas’. Maka aku menuntut agar Matius 12:37 diterapkan atas diri si Andre itu. Izinkanlah aku mem-bentuk dia menjadi seorang pemalas!” Dakwaan Iblis itu dapat ditanggapi oleh Tuhan (bandingkan dengan kasus dakwaan terhadap Ayub) dengan beberapa kemungkinan: (1) “Aku tidak izinkan kamu kali ini, Iblis!” atau (2) “Lakukanlah sekehendakmu, Iblis!” atau (3) “Boleh kamu proses Andre menjadi seorang pemalas pada kadar: malas menolong orang tua.” (Yakni pemalas pada aspek tertentu saja).
Ramalan buruk atas diri seseorang mungkin menjadi kenyataan melalui proses: mempercayai, mengucapkan, dakwaan dan eksekusi. Jika seseorang, Nancy, misal-nya, diramalkan oleh seorang peramal (ini hamba Iblis, digerakkan oleh Iblis) akan terkena musibah dalam tempo tiga bulan, maka Iblis akan mengamati hatinya Nancy, dan jika mungkin mempengaruhi Nancy dengan pelbagai gagasan (yang diinjeksikan ke dalam hati, bandingkan dengan Yoh.13:2, atau melalui perbincangan dengan seorang teman, juga hamba Iblis) agar Nancy mempercayai ramalan itu. Jika Nancy sudah percaya di dalam hatinya bahwa ia akan terkena musibah, apa lagi jika sempat mengeluarkan ucapan bahwa ia akan terkena musibah, Iblis dapat secara efektif mendakwa Nancy di hadapan Mahkamah Sorgawi. Nasib Nancy sekarang tergantung vonnis dari Theos sendiri dalam pelbagai kemungkinannya: (1) “Aku tidak izinkan Nancy terkena musibah, Iblis!” {Itu sebabnya sebagian ramalan gagal menjadi kenyataan} atau (2) “Sekarang tidak, Iblis, di masa depan saja itu!” {Musibah yang atas Nancy terjadi tepat seperti yang diramalkan, tetapi tidak tepat waktu seperti yang diramalkan} atau (3) “Lakukanlah sesuka hatimu, tetapi jangan cabut nyawanya.” dsb.
Pembaca yang terkasih, keputusan Theos yang menanggapi tuntutan Iblis dapat ber-macam-macam, tergantung dari rancanganTheos sendiri terhadap kehidupan Andre dan Nancy {Pelajarilah 1Raj.22:19-23}. Sebab setiap orang terkena rancangan Theos, yang tidak dapat dihindari. Barangsiapa mengasihi Theos, yakni yang mentaati perintahNya, akan berlaku baginya (bukan dakwaan Iblis, tetapi:) Rm.8:28. Silahkan Pembaca yang mengasihi Theos mempelajari ayat itu dan bersukacita di dalam rancangan Tuhan.
4.4.2. DAMPAK TERHADAP ORANG DI BAWAH KEKUASAAN
Ucapan (termasuk kutukan) terhadap orang yang berada di bawah kekuasaan dapat berdampak kuat. Seseorang dikatakan berada di bawah kekuasaan orang lain bila-mana ia menaklukkan diri ke bawah kekuasaan orang itu.
Hai umat Tuhan, berhati-hatilah terhadap ucapanmu yang bersifat penaklukan diri ke bawah orang lain. Jika orang lain itu adalah seseorang yang di bawah pengaruh Iblis (atau lebih buruk lagi: hamba Iblis), maka nasib anda sungguh di ujung tanduk!
Penulis mengetahui seorang Pemuda yang dalam percintaan yang berkobar-kobar, lupa darat-an, sempat berbicara, penuh rayuan, mengatakan kepada Wanita kecintaannya, kira-kira begini: “Menjadi budakmu-pun saya rela, sayang!” Pemuda itu, yang sudah mengaku hamba Tuhan, memasrahkan diri ke bawah kekuasaan si Wanita, suatu dosa di hadapan Tuhan, karena hanya Tuhan yang layak dipertuan. Entah kuasa mana yang bekerja, di kemudian hari Wanita itu menyuruh si Pemuda (kira-kira): “Lakukanlah hal itu, kalau kamu masuk penjara, kamu dapat menemani rekan yang sudah lebih dahulu terpenjara!” Perintah yang di luar akal sehat, melakukan pelanggaran Hukum Pidana, dilakukan oleh si Pemuda. Buta sudah pikir-annya {dibutakan Iblis yang mendakwa dia, diizinkan Theos}, sehingga dilakukannya tindakan itu. Bukankah sudah diucapkannya bahwa dirinya adalah budak si Wanita kecintaannya? Pemuda itu tertangkap-tangan dan kena hukuman penjara bertahun-tahun lamanya. Tentu saja kedua orang itu dapat berdalih, bahwa: di atas musibah akibat cinta-buta itu Tuhan merancang yang indah. Boleh saja! Namun pesan berikut penting disimak: Berhati-hatilah dengan ucapan, dan jangan hanyut oleh percintaan!
***{PERINGATAN BAGI KAUM INJILI: Waspadalah, Iblis sangat membenci Kaum Injili! Dalam hal penaklukan diri terhadap pihak lain, beberapa contoh di bawah perlu mendapat perhatian...
Majikan saudara di tempat kerja memiliki sebentuk kuasa atas diri anda.... Jika ia bukan orang percaya, mudahlah ia dipakai Iblis untuk mengutuki anda, atau menjadikan anda tumbal di dalam usahanya mencari kekayaan (dari Iblis!). Teliti sungguh ke mana anda melamar pekerjaan! Adalah lebih baik bekerja melayani Tuhan dalam status ekonomi-lemah, dari pada hidup mewah sebagai bawahan hamba uang atau hamba Iblis!
Penguasaan atas diri anda dalam bentuk lain adalah: jika anda mentaati perintah seorang-tidak-dikenal sampai tiga kali. Anda sudah memperhamba diri kepadanya. Jika orang-tidak-dikenal itu hamba Iblis, langkah berikutnya adalah hypnotisme atau sihir, sehingga anda dapat diperintah untuk berbuat sesuka hati dia, sebab anda sudah menjadi budaknya! Sudah terjadi kasus penipuan dengan cara menghubungi handphone calon korban, lalu calon korban itu disuruh melakukan hal-hal yang sepele beberapa kali, dengan dalih untuk melakukan transfer uang-hadiah ke rekening calon-korban. Perintah-perintah sepele yang ditaati, ditopang oleh ilmu sihir si Penipu, memanipulasi si Korban menjadi budak bagi si Penipu. Perintah selanjutnya adalah si Korban harus mendatangi ATM terdekat, lalu, dalam keadaan tersihir, si Korban men-transfer dana tabungannya kepada rekening si Penipu!
Ketua Persekutuan (Doa) pun mungkin menjadi Penguasa yang merugikan! Se-orang Nona pernah bergabung dengan suatu P.Doa yang Ketuanya sangat berwibawa. Nona ini menikmati persekutuan di sana, namun menemukan beberapa butir ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran yang lebih dahulu dimilikinya. Si Nona mulai berbantahan dengan sang Ketua. Merasa wibawanya sedang dirongrong, sang Ketua menekankan jari telunjuknya ke jidat si Nona, lalu mengutukinya: “Ketahuilah, siapa saja yang menantang firman yang saya sampaikan akan menjadi gila!” Rupanya memang si Ketua memiliki wibawa ekstra (kuasa gelap yang mewaris, tidak disadarinya) sehingga Nona itu sempat stress berat (sampai mau bunuh diri). Untunglah tidak semua Ketua P.Doa sedemikian cerobohnya. Nona itu dilayani oleh suatu Kawanan Kecil Kaum Injili, yang membutuhkan waktu satu setengah bulan untuk memulihkan dia. Terpujilah Yesus Kristus.
Bentuk penguasaan yang lain lagi adalah jika seseorang (kendati Kristen!) pernah mempercayakan diri untuk di’urus’ oleh hamba Iblis (dukun, paranormal). Tindakan ini menempatkan dirinya di bawah penguasaan Iblis. Maka di masa depan, jika ada seorang lawan menyerang dia dengan guna-guna, dengan mudah Iblis meng’claim’ kekuasaannya atas diri orang ini, sehingga guna-guna itu mengena. Tidak heran, ada kejadiannya orang Kristen terkena guna-guna!
Bahkan di dalam internet tersedia jerat yang lebih licik lagi. Seseorang yang memasuki web-site tertentu, mungkin sempat membaca sekilas, sadar/tidak-sadar, karena sekilas saja ditayangkan kalimat seperti begini: “Jika anda berada lebih dari lima menit di dalam web-site ini, itu berarti anda setuju menjadi anggota Persekutuan (Satanic) kami!” Waspadalah, jangan diperhamba Iblis.}***
Pembaca yang terkasih, dari berbagai kebenaran di atas, jelaslah mengapa seorang anak yang sering dibentaki orang-tuanya dengan “Bodoh sekali kamu!”, akan menjadi sungguh bodoh pada waktunya. Sebab setelah sekian kali caci-maki dan bentakan, Iblis dapat tampil di hadapan Mahkamah Sorgawi untuk men-dakwa orang tua itu (bukan anaknya!): “Tuhan, aku mendakwa orang tua ini. Sudah ratusan kali ia menyergah anaknya dengan kalimat ‘Bodoh sekali kamu!’ Berarti orang tua ini memang sudah menganggap, bukan sekedar mengharapkan, bahwa anaknya bodoh. Maka biarlah kita, Tuhan, menjadikan harapan dan anggapan orang tua ini menjadi kenyataan!” Selanjutnya, kehendak Tuhanlah yang menentukan nasib anak kecil itu.
{Semenjak Penulis memahami kebenaran ini, tidak pernah lagi Penulis berbicara sedemikian kepada anak kami. Jika terjadi anak kami pulang sekolah dengan membawa nilai ulangan yang buruk, maka ucapan Penulis berbunyi berkat: “‘Nak, hari ini nilai ulanganmu buruk sekali ya! (Ini bukan kutukan, melainkan fakta/kenyataan!) Maka bapak mau mendoakan kamu supaya Tuhan Yesus membentuk pribadi kamu menjadi pelajar yang lebih rajin, agar diberi kecerdas-an oleh Tuhan, dan nilai-nilaimu bertambah bagus di masa depan!” Anak itu Penulis rangkul dan doakan... sesuai dengan pesan Rasul Yakobus, jangan keluarkan ucapan kutuk, tetapi ucapan berkatlah yang senantiasa keluar dari mulut orang percaya.}
4.4.3. TERHADAP KETURUNAN
Banyak orang Kristen tidak mempercayai pengajaran Alkitab tentang dampak dosa leluhur terhadap keturunan. Ketika Penulis, dalam suatu retraite (1989), menyampai-kan kebenaran Alkitabiah itu dengan menunjuk Rat.5:7-9 kepada belasan Calon-Pendeta, mereka menyanggah dengan ucapan: “Itu ‘kan pada zaman Perjanjian Lama, masa kini ‘kan zaman kasih karunia!” Melalui ilham Roh Yesus, keesokan harinya Penulis mengulangi berita itu, dengan menunjuk Why.2:20-23. Konteks Wahyu Ps.2. bukanlah masa P.Lama, bahkan masih mencakup masa depan dari 1989! Barulah para Pendeta itu diinsafkan. Terpulang kepada mereka untuk mem-bebaskan diri masing-masing dari dakwaan si Iblis berdasarkan dosa leluhur, ber-dasarkan ucapan leluhur, dan berdasarkan ketentuan di dalam Alkitab. Pelayanan-ucapan jenis ini dilandasi oleh Hak Azasi Manusia, dengan meng-claim kasih-karunia Yesus, agar beroleh kehidupan yang penuh damai-sejahtera, demi membuka kesem-patan untuk melayani Tuhan secara berhasil-guna! Mulialah Yesus Kristus.
Pembaca yang terkasih, kebenaran Alkitabiah tadi nampak sampai abad-XXI ini pada diri orang Yahudi, yang telah mengeluarkan ucapan kutuk bagi diri sendiri dan bagi keturunan mereka semasa penyaliban Yesus, dua puluh abad yang lalu!! Bacalah Mat.27:25-26: Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri.” Dan seluruh rakyat itu menjawab: “Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”
Suatu kutuk yang dahsyat. Mungkin sebagian Pembaca tidak langsung melihat dam-pak kutukan itu, karena sampai abad-XXI ini orang Yahudi masih berjaya (secara nasional, secara sosial dan ekonomis). Tetapi bentuk dampak itu bukan masalah kesuksesan duniawi, karena Theos tidak mau mengingkari janji-janjiNya kepada Abraham (dan Israel), bahwa keturunannya akan menjadi seperti pasir di lautan... Dampak kutuk ini muncul dalam aspek rohani, dalam urusan keselamatan yang dijanjikan oleh Tokoh Yang mereka salibkan, Yang darahNya tertanggungkan ke atas diri mereka dan keturunan mereka. Akibat dari kutuk ini, 2000-an tahun lamanya, bangsa Yahudi tidak menampak keselamatan yang dari Yesus Kristus.
Sampai abad-XXI ini, jumlah orang percaya dari bangsa Yahudi hanya sebesar 3 sampai 5 % dari seluruh bangsa! Prosentase orang percaya dari umat Yahudi tidak lebih besar dari prosentase orang percaya berbangsa Iraq, padahal bangsa ini tidak termasuk umat Perjanjian (bukan keturunan Isak). Bahkan sampai buku ini dituliskan, orang Yahudi masih menanti-nantikan Mesias-mereka!
Pembaca yang terkasih, jika umat Yahudi, umat Tuhan melakukan kekeliruan yang dahsyat dengan mengutuki diri sendiri dan keturunan, betapa lebih mudahnya leluhur kita di Indonesia, yang menganut Animisme, untuk terjerat oleh Iblis! Wajar sekali, di dalam kondisi animistis, tidak mengenal Tuhan yang benar, maka mereka mengira bahwa Sembahan yang mereka puja di gunung-gunung, di gua-gua, di kelok-kelokan sungai, di tepi pantai dan samudera adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Padahal semua-nya hanyalah malaikat Iblis (istilah Alkitab) yang oleh orang-orang setempat dipuja sebagai Dewa, atau Jin, Gusti, dll., dengan nama-nama pribadi: Debata, Allah, Jubata, Lowalangi, dsb.!
Bebas sekali malaikat-malaikat Iblis membisikkan gagasan-gagasan yang menyesat-kan kepada kaum animistis ini, karena belum mengenal Yesus Kristus, Kebenaran, sekaligus Sembahan yang benar.
Dari sudut pandang Alam Gaib, penguasa Kegelapan (tokoh-tokoh malaikat Iblis) menganggap leluhur kita sebagai ‘domba-domba’ peliharaan mereka saja. Leluhur anda mungkin hanyalah domba-dombanya Debata, atau domba-dombanya Lowa-langi, atau Tete Manis, atau domba-dombanya Allah (yakni kaum Muslimin dan sejenisnya), dsb. Sewajarnyalah setiap keturunan domba tentu milik Tuannya domba itu. Maka setiap orang yang ingin menjadi dombaNya Yesus Kristus (sesuai pesan Injil), harus meninggalkan tuan yang lama, malaikat Iblis ‘pemilik’ atau ‘penggem-bala’ leluhur. Harus ‘memberontak’ terhadap Tuan yang lama, sebab Tuan yang lama (malaikat Iblis) itu memiliki kuasa yang hebat dan ingin mempertahankan agar ‘domba-domba’ itu tetap milik mereka! Sudah pernahkah anda mengucapkan per-nyataan meninggalkan Tuan yang lama dan mengucapkan penyerahan diri men-jadi milik Tuhan Yesus? Silahkan Pembaca merenungkan hal itu. Jika anda mau melakukannya, pada Bab-6 ada tuntunannya.
Leluhur-leluhur kita, di masa kegelapan mereka, mengikat perjanjian dengan Sem-bahan masing-masing. Perjanjian-kegelapan. Ditegakkan melalui ucapan, misalnya: “Ooh, engkau Sembahanku, Gustiku (atau Debatangku..., dsb.), kiranya Gustilah yang merawat seluruh keturunan saya satu-per-satu, menjadikan mereka orang-orang besar di masyarakat!” Jadilah, seluruh keturunannya disponsori oleh malaikat Iblis, yang mengaku Gusti, atau mengaku Debata-nya leluhur ini.
Datangnya Injil Keselamatan, diuraikan di dalam Perjanjian Baru, antara lain adalah untuk menuntun umat manusia ke dalam Perjanjian yang menyelamatkan, Perjanjian Baru, menjadi domba-dombaNya Yesus Kristus! Sekaligus meninggalkan Perjanjian-Kegelapan, yang menyesatkan, yang membawa orang kepada kebinasaan!
Sudahkah Pembaca, dengan berlandaskan Hak Azasi sendiri, selaku Subyek Hukum, mengucapkan pernyataan menegakkan perjanjian bersama Yesus Kristus, yakni Perjanjian Baru? Sekaligus menyatakan membatalkan Perjanjian-Kegelapan yang diatur oleh leluhur di masa lalu, bersama sembahan mereka, penguasa kegelapan? Harus Pembaca sendiri yang melakukannya! Sebab: menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan! Ahh, begitu pentingnya kesadaran Hukum ditegakkan di tengah umat Kristiani. Sampai sekian jauh, Kaum Injili-lah yang memiliki kesadaran Hukum yang memadai untuk menjadi warga Kerajaan Sorga, Kerajaan berlandaskan Hukum Sorgawi, yang menegakkan Hak Azasi Manusia, sebab manusia diberi kedaulatan, semenjak diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan, [Kej.1:26]. {Untuk kejelasan masalah kesadaran Hukum ini, Pembaca dapat mengirimkan Surat untuk meminta Traktat: ‘PASTIKAN MITRA PERJANJIAN ANDA’}. Kaum Injili-lah yang biasa mem-batalkan Perjanjian-Kegelapan, berdasarkan kehendak bebas, dan menegakkan Perjanjian Baru (bersama Yesus), juga dari kehendak bebas. Demi kemuliaan Yesus Kristus, Raja Sorgawi!
Masih dalam lingkup kuasa di dalam ucapan leluhur yang berdampak kepada ketu-runan, kisah yang beredar di tengah suku Batak menunjukkan bahwa marga-marga tertentu terikat perjanjian yang sangat kuat dengan sembahan-sembahan leluhur mereka. Perjanjian itu berdampak kepada sulitnya membangun Perjanjian Baru bersama Yesus Kristus. Cukup satu contoh dikemukakan (karena keterbatasan ruangan), marga-marga Simatupang, Sinaga dan beberapa marga lainnya, terikat perjanjian dengan sembahan leluhur yang tampil sebagai harimau yang bernama Babiat Sitelpang (Harimau timpang). Ikatan perjanjian itu menyatakan bahwa ketu-runan marga-marga itu tidak akan saling mengganggu dengan harimau. Perjanjian dengan sembahan (malaikat Iblis) itu diucapkan oleh leluhur marga-marga itu, si Raja Lontung. Dampak perjanjian itu adalah: tidak pernah terjadi orang-orang dari marga-marga itu yang diganggu oleh harimau, sebaliknya, malah dilindungi oleh ‘harimau’ (penampilan malaikat Iblis). Sampai sekarang hal itu berlangsung, selama perjanjian itu belum dibatalkan oleh masing-masing keturunan. Bagaimana cara pembatalannya? Sekedar dengan ucapan, cukup! Nantikanlah pada bab-6.
Memang, setiap perjanjian dengan malaikat iblis yang disembah oleh leluhur dapat dibatalkan oleh keturunan, berlandaskan Hak Azasi Manusia yang Theos karuniakan. Bahkan perjanjian yang belum jelas, dengan tokoh kegelapan yang tidak diketahui identitasnya dapat dibatalkan, dengan cara yang lebih umum. Urusan pembatalan perjanjian-iblisi akan dituntaskan pada bagian mendatang.
5. PELAYANAN YESUS: ‘PELAYANAN-SABDA’
Yoh.5:19; Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: “Aku berkata kepadamu, se-sungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak...”
Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak..., sungguh suatu kalimat yang indah. Kalimat yang menunjukkan keselarasan-kerja Theos dengan Kurios (Bapa Sorgawi dengan Tuhan Yesus). Kerjasama yang harmonis.
Apa gerangan yang dilakukan oleh Bapa Sorgawi? Tentu bukan pekerjaan fisik! Sebab Theos adalah Roh [Yoh.4:24]; Dia tidak minum, atau makan atau berolah-raga. Apa-apa yang dikehendaki oleh Yang Mahapencipta diperolehNya cukup dengan berfirman! Sebab firmanNya tidak akan kembali sia-sia, melainkan akan melakukan apa yang disuruhkanNya [Yes.55:10-11]. Puji Tuhan, bukankah semua itu berarti Pelayanan-berlandaskan-Firman? Itu jugalah yang dikerjakan Anak... Maka Tokoh Anak mampu juga mencapai tujuanNya dengan ‘leomer’ saja, dengan melakukan Pelayanan-berlandaskan-Sabda, pekerjaan yang diharuskan oleh Bapa [Yoh.9:4]: “...Kita harus melakukan pekerjaan Dia yang mengutus Aku...”
Tidak berakhir di sana;Yesus meneruskan ‘tongkat-estafet’ kepada para pengikutNya, melalui sabdaNya pada Yoh.14:12:
”...Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-
Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan,
bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu...”
Pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan (standardnya: Pelayanan-berlandaskan-Sabda) pasti dilakukan juga oleh orang-orang percaya. Sangat wajar, pekerjaan-pekerjaan yang serupa dengan pekerjaanNya Yesus, termasuk pelayanan-berlan-daskan-ucapan, diteruskan oleh para Rasul serta Kaum Injili di sepanjang masa. Terpujilah Yesus Kristus.
Jelaslah bagi pembaca, istilah dan praktek pelayanan-berlandaskan-ucapan bukan-lah hasil reka-rekaan manusia belaka!
5.1. ‘PELAYANAN-BERLANDASKAN-SABDA’
Bagaimana Pelayanan-Berlandaskan-Sabda dilakukan oleh Tuhan Yesus? Rekaman-rekaman Injil banyak mengungkapkannya. Penelaahan yang menyeluruh disertai analisa yang berhati-hati mengungkapkan sistematika pelayanan Yesus sebagai berikut:
a. Yesus berbincang (peranan ucapan) dengan orang yang dilayani (dalam hal dia tidak mampu berbicara, maka orang yang berkuasa atas dirinya mewakili berbicara dengan Yesus, contoh: Mrk.9:17, tentang anak yang sakit ayan, lalu Mat.8:5-13, tentang kesembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum);
b. Perbincangan tiba kepada ucapan-iman / permintaan orang yang dilayani;
c. Yesus bersabda menanggapi dan mengabulkan keperluan yang dilayaniNya, selaras dengan kehendak Bapa Sorgawi, sebab “...Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku...” [Mat.11:42]).
Demikianlah urut-urutan yang baku di dalam Pelayanan-Berlandaskan-Sabda yang dilakukan oleh Yesus. Yang baku, selalu terjadi di dalam setiap pelayanan.
Pembaca dipersilahkan memeriksa setiap kasus di dalam rekaman-rekaman Injil untuk membuktikan baku-nya ‘Pelayanan-berlandaskan-Sabda’! {Perempuan Samaria di Sumur Yakub [Yoh.4:4-26]; Penyembuhan Orang Sakit Kusta [Mat.8:1-3]; Kesembuhan Hamba seorang Perwira di Kapernaum [Mat.8:5-13]; Kesembuhan Mata Dua Orang Buta [Mat.9:27-30], Pertobatan dan Keselamatan Zakeus [Luk.19:1-10], Orang yang Disalib Bersama Yesus [Luk.24:39-42], dll., dll.}
Amati jugalah adanya beberapa perkecualian, di mana yang dilayani tidak (dapat) berkomunikasi, semisal Pemulihan Orang Gila di Gerasa [Mrk.5:1-10], karena tidak nampak kerabatnya dan tidak dapat diajak berbincang secara normal, atau Kesem-buhan Ibu Mertua Petrus dari Demam [Mat.8:14-17], dll. Namun di dalam setiap perkecualian itu pasti: harus terdengar Sabda Yesus. Demikianlah terungkapkan-nya Pelayanan-Berlandaskan-Sabda.
Pasti Pembaca memperhatikan juga adanya tindakan atau kegiatan tambahan yang berlangsung di dalam beberapa (beberapa saja!) kasus pelayanan Yesus. Namun semua tindakan/kegiatan tambahan itu tidak merupakan keharusan, semisal: Orang buta yang disuruh membasuh diri di kolam Siloam [Yoh.Ps.9], Penyembuhan seorang tuli di mana Yesus memasukkan jari tanganNya ke telinga orang itu [Mrk.7:33], Zakheus yang menyedekahkan setengah hartanya untuk orang miskin [Luk.19:1-10] dan lain-lain.
Semua tindakan yang diberi huruf tebal di atas bukanlah sesuatu yang baku, melain-kan tindakan khusus, di suatu waktu saja. Kalau para hamba Tuhan di masa kini, di dalam melayani orang-orang, membakukan yang tidak baku, semisal mengusir setan dengan selalu menusukkan jari tangannya ke telinga orang yang dilayani, atau mengharuskan apa-apa yang tidak diharuskan oleh Yesus, semisal seorang yang ingin sembuh harus selalu diolesi minyak, melesetlah pelayanannya! Silahkan para pelayan ini mengkoreksi metode pelayanannya!
5.2. ‘PELAYANAN-UCAPAN’ OLEH PARA RASUL
Pelayanan para Rasul dimulai sejak mereka beroleh otoritas dari Yesus, tercatat dalam Mat.10:1,5,7-8: 1 Yesus memanggil kedua belas muridNya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan... 5 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: 7 “...Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. 8 Sembuhkanlah orang sakit,; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan...”
Lihat, semua hal itu dilakukan dengan ucapan! Yesus tidak men-sabdakan: “Sem-buhkanlah orang sakit dengan keahlian ilmu Tabib.” Tidak disabdakanNya: “Usirlah setan-setan dengan membakar kemenyan, atau menyodorkan salib kecil!” Tidak diperintahkan demikian. Tetapi harus dilakukan dengan mengandalkan otoritas yang Yesus berikan! Dan otoritas itu disalurkan melalui ucapan!
Otoritas sudah diberikan, namun tidak boleh dimanfaatkan sesuka hati manusia. Para Rasul serta Kaum Injili tidak dapat meng-claim seperti claim Yesus di hadapan Theos (periksa butir-5.1.c.): “...Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku...”, sebab bagi para Rasul tidak berlaku Yoh.10:30: “...Aku dan Bapa adalah satu...” Demikian-lah bedanya otoritas Yesus-Anak-Manusia, jauh lebih unggul dari pada otoritas yang dipegang oleh para Rasul serta pengikut Yesus di masa kini.
***{WASPADAI PENYESATAN... termasuk kesesatan akibat kekeliruan penterjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia}. Penulis dapat merasakan bahwa sebagian Pembaca yang sudah maju di dalam pelayanan-kuasa menuding Penulis: “Sesat!” dengan menunjuk sabda Yesus pada Mat.18:18, juga Mat.16:18: “...Kepadamu akan Kuberikan kunci-kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga...”
Sabda Yesus ini sangat banyak digunakan (atau disalah-gunakan) oleh penginjil-penginjil yang mengandalkan kuasa, bahkan ‘haus-kekuasaan’, berbangsa Indonesia ataupun asing. Seolah-olah ‘sorga’ selalu melakukan penyesuaian dengan ucapan manusia, bahkan setiap keinginan mereka, bukan sebaliknya.
Dengan sedih harus Penulis paparkan di sini bahwa sudah terjadi kekeliruan penter-jemahan ayat(-ayat) ini. Kekeliruan penterjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Inggris, maupun ke dalam bahasa Indonesia (oleh L.A.I.) Kekeliruan penterjemahan itu berangkat dari suatu bentuk Tatabahasa Yunani yang sangat khas, tidak dikenal di dalam bahasa Inggris, apa lagi dalam bahasa Indonesia.
Terjemahan yang tepat (Bahasa Inggris) harus berbunyi: “...whatever you bind on earth shall be, having been bound in heavens and whatever you loose on earth shall be, having been loosed in heavens...” (SUMBER: ‘THE INTERLINEAR GREEK-ENGLISH NEW TESTAMENT’ by the Rev.A.Marshall D.Litt., terbitan Samuel Bagster & Sons Ltd, 72 Maryle-bone Lane, LONDON W1., juga: ‘THE INTERLINEAR BIBLE’, Jay P.Green,Sr., terbitan Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 49506 - USA).
Dengan demikian, terjemahan ke dalam bahasa Indonesia harus berbunyi: “...apa yang kauikat di bumi sudah lebih dahulu terikat di sorga, dst...” Sederhananya, bumilah yang harus melakukan penyesuaian terhadap sorga, bukan sebaliknya. Terpujilah Yesus Kristus! ***
Lihatlah bagaimana para Rasul melakukan penginjilan. Semua penginjilan pasti me-rupakan ’pelayanan-ucapan’! Dalam bentuk pelayanan lainnya, para Rasul meng-usir setan dengan mengandalkan otoritas Yesus yang dipancarkan ‘berkendaraan’ ucapan pula [Luk.10:17]. Juga Rasul Paulus melakukannya [Kis.16:16-18] dengan ucapan. Rasul Petrus menyembuhkan orang lumpuh di Serambi Salomo [Kis.3:1-7] berlandaskan ucapan juga. Bahkan ‘melayani’ Ananias dan Safira, mengantarkan mereka kepada kematian [Kis.5:1-11] serta menanggulangi Simon si penyihir [Kis.8: 14-25] semuanya dilakukan dengan cara yang baku: berlandaskan ucapan!
Adakah penyimpangan dari cara yang baku itu? Tidak ada! Yang dapat diamati ada-lah hadirnya tindakan tambahan! Yang tidak baku, dan tidak boleh dibakukan. Mereka kadang-kadang (tidak selalu!) menggunakan minyak [Mrk.6:12], mereka melakukan tindakan tambahan, mengebaskan debu [Mrk.6:11; Mat.10:14]. Paulus merebahkan diri di atas tubuh Eutikhus, yang jatuh dari jendela [Kis.20:9-10]. Namun semua tin-dakan itu bukanlah hal yang baku, melainkan kegiatan sesewaktu, tergantung tuntun-an Roh Yesus seketika itu. Sebab, berbeda dari kebebasan Yesus, para Rasul terus menerus di bawah bimbingan Roh Yesus, bukan sebaliknya!
5.3. ‘PELAYANAN-BERLANDASKAN-UCAPAN’ DI MASA KINI
Kaum Injili di masa kini adalah golongan yang berusaha hidup dan melayani selaras dengan cara-cara para Rasul melayani. Kegiatan penginjilan merupakan bagian kehi-dupan setiap orang dari Kaum Injili; dilakukan dengan ucapan. Pelayanan di luar penginjilan juga dilakukan secara Pelayanan-Berlandaskan-Ucapan.
Urusan baptis-membaptis adalah standard pelayanan Gereja-gereja. Membangun gedung-gereja juga diserahkan saja kepada pihak Gereja-gereja. Urusan menjemaat juga bagian Gereja. Bahkan memungut persembahan (persepuluhan, kolekte, dll.) tidak dilakukan oleh Persekutuan (Doa) Kaum Injili. Kaum Injili tidak ingin ‘berebutan lahan’ dalam pelbagai bidang pelayanan yang sudah dibakukan oleh Gereja-gereja dan dogmanya. Kaum Injili bersikukuh berdiri di atas SATU BATU KARANG saja!
Menjangkau jiwa-jiwa, bidang pelayanan yang kurang ditangani oleh Gereja-gereja, itulah yang menjadi fokus pelayanan Kaum Injili. Daftar singkat berikut kiranya cukup memberikan gambaran pelayanan Kaum Injili:
** Menginjili kaum kafir pada setiap kesempatan (dalam bimbingan Roh Yesus);
** Menuntun orang Kristen yang belum bertobat memasuki pertobatan;
** Mengunjungi orang sakit, yang terpenjara dan masyarakat yang tersisih;
** Membimbing orang yang stress beserta keluarganya, demi membuka kesempatan
untuk dipulihkan oleh kuasa Yesus;
** Melayani kelepasan dari serangan setan-setan, dan keterikatan iblisi lainnya;
** Melayani dan membimbing keluarga yang anggotanya terlibat narkoba;
** Menuliskan, mencetak dan membagikan Literatur Penginjilan (umumnya dibagikan
secara cuma-cuma).
Pelayanan yang beragam-ragam itu senantiasa berlandaskan ucapan, ucapan yang berlandaskan Sabda Yesus!
Khusus mengenai pembebasan seseorang yang diganggu setan-setan, dilakukan dengan mengandalkan otoritas dalam nama Yesus (bukan nama Allah, Debata, dsb., nama-nama yang tidak mengandung otoritas) dan dilanjutkan dengan bimbingan-pribadi, sehingga di masa depan, si korban memiliki otoritas untuk mengusiri setan-setan yang menyerang dia! Dengan perkataan lain, dia menjadi orang-percaya, yang menanggulangi setan-setan demi nama Yesus Kristus [Mark.16:17]. Sambil lalu, apakah Pembaca seorang percaya? Apakah Pembaca terbiasa mengusiri setan-setan yang mau mengganggu atau menyerang? Hal inilah yang dipertanyakan di dalam Bab-1. Jika belum terbiasa menggunakan otoritas dalam nama Yesus, sangsikanlah kedewasaan iman anda!
Bagi Kaum Injili, pernyataan Yesus pada 5.1.c. {“...Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku...”} hanya dapat dinikmati oleh mereka yang sungguh hidup kudus, sudah hidup memisahkan dirinya dari dunia, sehingga senantiasa mengerti kehendak Theos bagi setiap orang yang dilayani!
6. PERTOBATAN MELALUI ‘PELAYANAN-UCAPAN’
Berangkat dari perintah pertama Yesus di dalam Perjanjian Baru [Mat.4:17]: “Berto-batlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”, penelaahan P.Baru selanjutnya me-nunjukkan adanya beragam aspek di dalam proses pertobatan manusia untuk masuk Kerajaan Sorga! Memasuki Kerajaan Sorga tidak sama dengan proses menjadi warga Gereja manapun. Beberapa hal harus berlangsung di dalam urusan ini: (1) Mem-bereskan dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu, calon petobat dikuduskan oleh darah Yesus; (2) Mengusiri setan-setan [Mat.12:28] yang mungkin meng-’claim’ hak mereka atas diri petobat, untuk tetap mengendalikan perilaku si petobat; (3) Penyem-buhan luka-luka batin yang terbentuk di masa lalu akibat sakit hati atau ketertolakan; (4) Mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, dan mengundang Yesus Kristus memasuki hati petobat untuk mengendalikan kehidupan serta perilaku petobat di masa mendatang.
BUTIR-(1), membereskan diri dari dosa-dosa, dilakukan berdasarkan 1Yoh.1:9: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga ia akan meng-ampuni segala dosa kita dan menyuci-kan kita dari segala kecemaran. Mengaku dosa, tentu dilakukan dengan ucapan; disambung dengan memohonkan pengam-punan, lagi-lagi dengan ucapan (doa-permohonan), ditutup dengan mengundang darah Yesus yang kudus untuk membasuh diri petobat dari segala dosa itu, juga dengan ucapan-doa! Tiga urusan ini tidak begitu mudah untuk diselesaikan, itulah perlunya seorang pelayan yang mengerti urusan menolong.
BUTIR-(2), mengusiri setan-setan; walaupun sekedar diucapkan, ini adalah urusan yang rumit. Sebab, pada umumnya, sebelum orang bertobat, ia sudah terlebih dahulu terkena pergaulan dengan Iblis, langsung ataupun tidak langsung: (a) Perjanjian dengan Iblis mungkin ditegakkan oleh Petobat itu sendiri, juga mungkin dibangun oleh leluhur semasa mereka menyembah berhala, diucapkan secara mengikut-sertakan keturunan ke dalam Perjanjian Kegelapan itu. Akibatnya, Perjanjian Baru bersama Yesus tidak dapat ditegakkan secara murni; (b) Persekutuan dengan Iblis atau hamba Iblis (dukun, paranormal), upcara iblisi atau upacara iman asing, meng-akibatkan Iblis dapat meng-’claim’ petobat sebagai domba-Iblis! Tidak layak menjadi dombaNya Yesus; (c) Jasa-jasa Iblis yang pernah diterima di masa lalu dalam pelbagai bentuknya (kesembuhan oleh dukun, menemukan barang hilang oleh bantuan paranormal, menjadi pandai di sekolah dan sukses dalam pekerjaan oleh pertolongan dukun, dll., dll.), mengakibatkan Iblis dapat menyodorkan tagihannya di masa depan (Iblis tidak pernah memberi sesuatu secara cuma-cuma!)
Ketiga jenis ikatan Iblis (a), (b) dan (c) ini mungkin berlangsung dalam variasi yang sangat luas, sehingga kecil kemungkinannya seseorang mampu menyelesaikannya sendiri. Ada satu kasus pelayanan di mana Penulis dan calon Petobat memerlukan waktu enam jam, hanya untuk menelisiki ketiga butir itu di masa lalu si Petobat (sebab sampai lima-puluhan dukun terlibat!) . Belum lagi menyelesaikannya dengan ucapan-ucapan doa! Lagi-lagi Pelayanan-berlandaskan-ucapan! Perlu bimbingan dan pembahasan (konseling) oleh Konselor yang biasa dibimbing oleh Roh Yesus!
Setiap keterlibatan dengan (hamba-) Iblis di masa lalu memberi semacam hak bagi Iblis untuk tetap mengendalikan perilaku petobat. Oleh sebab itu harus terjadi [Mat. 12:28], setan-setan diusiri dari diri petobat. Oleh siapa dan dengan apa setan-setan itu diusiri? Pengusiran setan-setan itu harus dilakukan oleh Petobat sendiri, per-tanda bahwa Petobat adalah orang-percaya [Mrk.16:17]: “...Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku,...” Dengan apa setan-setan itu diusiri? Dengan mengandalkan otoritas dalam nama Yesus, dimanfaatkan oleh Petobat, yang percaya kepada Yesus Kristus! Ini menjadi jawaban dari apa yang dipertanyakan di dalam Bab-1.
BUTIR-(3), penyembuhan dari luka-luka batin; Luka-luka batin terbentuk sewaktu seseorang disakiti atau dirugikan. Terbentuklah sakit hati atau luka batin, yang me-rupakan celah bagi roh-roh-jahat (bakteri-rohani) untuk menyelusup ke dalam batin orang itu. Membentuk perilaku yang rusak [pelajari Mat.12:43-45]. Luka-batin dapat digambarkan sebagai luka-jasmani, yang menjadi celah bagi masuknya bakteri ke dalam tubuh manusia. Bakteri-bakteri itu mungkin merusak kesehatan tubuh manu-sia! Maka dalam hal luka-batin: bakteri-bakteri-rohani yang merugikan (roh-roh-jahat) dapat menyelusup ke dalam batin manusia, membentuk perilaku yang rusak!
Penting menyembuhkan luka-jasmani, lebih penting lagi menyembuhkan luka-batin, mempersiapkan setiap Petobat diproses oleh Roh Yesus menjadi anak Tuhan. Tidak dapat disajikan dalam ruangan yang terbatas ini keterangan yang lebih rinci. Yang di atas sekedar cukup untuk awalan memasuki Pertobatan dan Kesembuhan Pribadi!
BUTIR-(4), menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi... Pembaca yang terkasih, butir-butir-(1)-(3) sangat penting dilakukan sebelum mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam hati. Pembersihan (dari dosa-dosa) dan kerapihan batin penting sebelum mengundang Roh Yesus, sebab Roh Kudus senantiasa jijik akan setiap kecemaran, seperti dinyatakan dalam Yeh.8:6: FirmanNya kepadaku: “Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat, yaitu perbuatan kekejian yang besar-besar, yang dilakukan oleh kaum Israel di sini, sehingga Aku harus menjauhkan diri dari tempat kudusKu?...
Roh Yesus inilah, Yang ingin merobah diri Petobat menjadi tempat kudusNya! Maka setiap kecemaran yang dipertahankan, akan membuat Roh Kudus menjauh dari tempat (yang seharusnya) kudus, milikNya.
SETELAH MEMPELAJARI BUTIR-BUTIR DI ATAS, tibalah waktunya untuk, para Pembaca yang ingin memasuki pertobatan, atau mentuntaskan pertobatannya, memanjatkan doa-doa-pernyataan.
Tetapi sebelumnya, perlu disampaikan di sini kesaksian tentang karya Roh Yesus di dalam diri sekian banyak saudara yang berasal dari suku Sunda yang menjadi orang-percaya. Saudara-saudara yang berlatar-belakang Muslim ini tidak menjalani pem-baptisan-air, tidak menjadi anggota Gereja tertentu, namun menerima pelayanan-berlandaskan-ucapan sesuai dengan butir-butir di atas. Selanjutnya, mereka tidak ber-Sekolah Alkitab yang formil (bagaimana mungkin, lulus S.D. saja sudah syukur!), melainkan sekedar serangkaian Persekutuan yang dipenuhi oleh pengajaran firman (Sabda Yesus) serta doa-doa tertuntun (ucapan pribadi...) Ajaib karya Roh Kudus, sudah sekian tahun lamanya mereka bertahan di dalam penindasan, tidak mau menyangkali Yesus, bahkan mereka digerakkan oleh Roh Yesus melakukan penginjilan, menuntun orang-orang lain kepada Yesus Kristus. Sungguh Penulis harus malu, jika mutu ke-kristen-an mereka diperbandingkan dengan mutu ke-kristen-an Penulis, yang Kristen sejak lahir, namun sampai berusia 45-tahun tidak pernah bersaksi tentang Kristus, jangankan menuntun orang lain kepada Yesus Kristus!
Gejala yang tampil melalui rekan-rekan dari suku Sunda ini dapat dimengerti jika Pembaca membandingkannya dengan Yoh.Pembaptis [Luk.3:18]: Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak. Jelas sekali, Yohanes Pembaptis adalah seorang pemberita Injil, kendati dia tidak pernah mengalami pembaptisan-air! Gejala itu adalah hasil karya Roh Yesus; terpujilah Yesus Kristus!
Pembaca yang terkasih, di bawah ini disediakan doa-doa tuntunan bagi Pembaca yang mau menuntaskan pertobatannya. Doa-doa ini disediakan, agar tidak terjadi kekeliruan redaksi atau kesalahan ucapan. Yang bersangkutan tinggal mengucap-kannya, di dalam iman, karena Roh Yesus mendengarkan anda, dan Tuhan Yesus pasti mengabulkan permohonan anda, karena semua permohonan itu sesuai dengan kehendak Tuhan [1Yoh.5:14], dan karena dipanjatkan di dalam nama Yesus Kristus [Yoh.14:12-14]! Oleh sebab itu ucapkanlah doa-doa berikut, dengan bersuara, karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan... Ucapkanlah:
Tuhan Yesus Kristus, Juruselamatku,
saya ingin memasuki pertobatan yang sungguh, melalui pelayanan-ucapan, seperti yang diuraikan di dalam buku ini. Mohon doa-doa yang akan saya ucap-kan dikabulkan oleh Tuhan Yesus. Mohon malaikat Tuhan mengawal saya di sepanjang doa-doa ini; campur-tangan si Iblis harus disingkirkan dari urusan ini. Terimakasih ya Tuhan.
Tiliklah masa laluku, Tuhan; adakah perjanjian dengan Iblis yang telah di-tegakkan, oleh leluhurku, atau oleh diriku sendiri? Demi nama Yesus Kristus, saya membatalkan semua Perjanjian Kegelapan itu. Sebaliknya saya menegak-kan Perjanjian Baru, bersama Yesus Kristus, bagi diriku dan bagi seluruh keturunanku. Demi nama Yesus, aku mengusir pergi semua malaikat Iblis sponsor perjanjian-iblisi itu. Enyah semuanya, saya hanya mengundang Roh Yesus, beserta malaikat Tuhan untuk mensponsori kehidupan kami seketurunan!
Demi nama Yesus Kristus, saya juga menolak semua kesaktian leluhurku (dan kesaktianku di masa lalu)! Saya tidak memerlukan kesaktian, semuanya itu dari Iblis. Di pihak lain, Tuhan Yesus lebih mampu membela diriku dan mencu-kupkan semua keperluan saya. Demi nama Yesus Kristus, enyahlah semua malaikat Iblis sponsor kesaktian leluhurku! Menyingkir kalian dari kehidupanku.
Saya bermohon, ya Yesus Kristus, agar semua kutuk yang menimpa diriku, akibat dosa-dosa leluhurku, juga akibat dosaku sendiri, juga kutuk yang dilontarkan oleh lawannya leluhurku yang sakti-sakti di dalam permusuhan mereka, periksalah ya Tuhan, bebaskanlah saya dari setiap kutuk itu. Mohon damai sejahtera dari Tuhan Yesus menggantikan semua kutuk, agar di dalam damai sejahtera Tuhan, saya dapat hidup memuliakan Tuhan Yesus. Terima kasih, Bapa yang Maha Pengasih.
Periksa lagi diriku, ya Tuhan, nama yang saya sandang mungkin perlu diku-duskan. Maka demi nama Yesus Kristus, semua dakwaan Iblis, juga semua roh-najis yang berkaitan dengan namaku, dipunahkan, oleh kuasa Yesus namaku dikuduskan, sehingga layaklah namaku disandang oleh pengikut Yesus.
Tuhan Yesus yang Maha Pengasih, saya mengaku orang berdosa. Engkau mengetahui setiap dosaku ya Tuhan; ampunilah diriku Bapa; saya mengundang darah Yesus yang agung untuk menguduskan diriku dari setiap dosa. Dan jika ada dosa yang harus saya selesaikan secara khusus, ingatkanlah saya, ya Tuhan. Saya mau menyelesaikannya di hadapan Tuhan Yesus. Demi nama Yesus pula, enyahlah semua roh-najis perangsang dosa. Kuasanya, pengaruh-nya, rangsangannya, dimusnahkan dari diriku, oleh kuasa Yesus, sehingga saya tidak lagi dirangsang untuk berbuat dosa. Saya mau belajar hidup saleh, sebagaimana layaknya anak-anak Tuhan Yesus.
Periksalah lagi diriku, ya Tuhan... Semua persekutuan dengan Iblis yang sempat terbentuk di masa laluku, yang saya sadari ataupun tidak, yang saya sengaja ataupun tidak, semuanya itu saya sangkali, demi nama Yesus Kristus. Saya tidak mau lagi bersekutu dengan Iblis ataupun malaikat-malaikatnya. Persekutuan saya harus murni, bersama Tuhan Yesus, Juruselamatku. Demi nama Yesus Kristus, aku mengusir malaikat-malaikat Iblis yang terlibat dalam kehidupanku di masa lalu. Enyah kalian setan-setan, bawa pergi roh-roh-najismu, saya tidak mau diganggu lagi, karena saya adalah pengikut Yesus.
Saya juga membatalkan semua jasa Iblis yang mungkin pernah menyentuh diriku di masa lalu, yang saya sadari ataupun tidak. Mungkin terjadi oleh usaha-ku sendiri, atau melalui usaha orang tua atau kerabat-kenalan saya. Demi nama Yesus Kristus, semua jasa Iblis itu saya sangkali, tidak saya akui lagi. Dan semua malaikat Iblis yang mengaku-aku sudah memberi jasa kepadaku harus enyah dari kehidupanku, Roh-roh-najis yang sempat diselusupkan ke dalam batinku melalui jasa-jasa Iblis itu, demi nama Yesus aku musnahkan. Tidak boleh roh-roh-najis itu bekerja merecoki kehidupanku di masa mendatang!
Tuhan Yesus yang Maha Pengasih, periksa jugalah luka-luka batin yang sempat terbentuk di masa laluku. Melalui peristiwa-peristiwa yang menyakitkan hati, kesedihan dan kepedihan hati, ataupun musibah dan penyakit. Saya ingin disembuhkan, dipulihkan oleh Yesus Kristus. Bilur-bilur Yesus kiranya menyem-buhkan luka-luka batinku. Darah Yesus membebat luka-luka itu dan menangkal serbuan roh-najis. Kuasa Yesus saya undang bekerja di dalam diriku, memus-nahkan roh-sakit-hati, roh-kecewa, roh-kebencian, roh-dendam, roh-kepedihan, roh-putus-asa, ya semua roh najis yang merasuk melalui luka-luka batin itu di-musnahkan, oleh kuasa Yesus, batinku dipulihkan, agar di masa depan berperi-laku selayaknya anak Tuhan. Sayalah yang bermohon ampun untuk dosa-dosanya orang-orang yang telah melukai hatiku. Mohon Tuhan Yesus member-kati mereka semua, bahkan menuntun mereka ke dalam keselamatan.
Terima kasih, ya Tuhan Yesus atas pelayanan Tuhan bagi diriku. Terima kasih ya Bapa, untuk pengkudusan diriku. Maka di dalam kekudusan yang dari Tuhan Yesus, layaklah diriku ini menjadi tempat bersemayam bagi Tuhan Yesus. Menjadi Bait Tuhan yang kudus.
Maka, demi nama Yesus pula, saya mengundang Tuhan Yesus Kristus, Bapa dan Anak dan Roh Yesus, Yang Trinitas, agar masuk ke dalam hatiku, menjadi Raja bagi kehidupan saya, mengatur tingkah-laku saya. Berilah saya hati yang baru, ya Tuhan, seperti hatiNya Yesus, yang rendah hati, lemah lembut, murah hati, pemberi ampunan, pembawa kelegaan. Saya adalah milikMu, ya Yesus, dan Yesus Kristus adalah Juruselamat pribadiku, sampai selama-lamanya!
Demi nama Yesus Kristus, Yang Maha Ajaib, saya sudah berdoa, Amin!
Pembaca yang sudah berdoa sesuai tuntunan tadi, mungkin anda terganggu hebat (ketakutan, jantung berdegup-degup, pening kepala, perasaan melayang atau panik, dsb.), silahkan anda tekuni, kuatkan hati mengulangi doa di atas beberapa kali lagi. Jika gangguan itu menetap, maka anda memerlukan pelayanan-pribadi oleh seorang Konselor yang tahu urusan.
Bagi Pembaca yang tidak merasa adanya gangguan, jangan terlalu cepat puas, sebab pemulihan anda dari butir-(2) {keterlibatan dengan Iblis} dan butir-(3) {luka-luka batin} belum tentu sempurna. Jika anda digerakkan Tuhan, carilah pelayanan-pribadi pada seorang Konselor yang mengerti urusan pelayanan-ucapan (aspek-pelepasan dari Iblis dan luka-luka-batin). Untuk keuntungan anda sendiri.
--o0o--
LAMPIRAN: RAGAM PELAYANAN, RAGAM METODE
Dua macam ‘penyakit’ manusia perlu direnungkan. ‘Penyakit-penyakit’ itu merasuk ke dalam kehidupan Gerejawi, merusak sendi-iman orang Kristen:
1. PENYAKIT ANAK-ANAK... Berikanlah roti-kismis kepada anak-anak, sering terjadi kismis saja yang dimakan, rotinya ditinggalkan! Hal ini menyakiti hati orang-tua. Jika berlangsung cukup lama, bahaya muncul: anak-kecil itu akan kelaparan, sebab tidak memakan roti, melainkan kismis saja. Sungguh tepat sergahan Tuhan terhadap si Iblis [Yeh.28:17]: ”...hikmatmu kaumusnahkan demi semarak-mu...” Penyakit ini bahkan memasuki Gereja-gereja. Periksalah, di dalam gereja-gereja yang penuh semarak; sulit anda menemukan hikmat atau orang yang berhikmat. Waspadalah!
2. PENYAKIT HAMBA-HAMBA GEREJA... Tinjaulah kembali ulasan pada Pasal-5.1.; Ada kecenderungan pada banyak, sangat banyak para hamba Gereja di masa kini, di dalam melayani orang-orang: membakukan yang tidak dibakukan, atau mengharuskan apa-apa yang tidak diharuskan oleh Yesus! Inilah pelayanan yang bakal meleset! Kasus-kasus di bawah ini menampilkan kemelesetan itu. Silahkan para pelayan ini meng-koreksi metode pelayanannya!
3. KASUS-KASUS...
3.1. BAPTISAN-SELAM PENUH KUASA... Ada hamba Gereja yang melayani orang sakit, diperiksa, kalau belum pernah dibaptis-selam akan disuruh menjalani baptisan-selam. Dijanjikan (atau diancam?): hanya bisa sembuh kalau sudah dibaptis-selam! Dilakukan juga terhadap orang yang sering diganggu setan, sering kesurupan. Dasar Alkitabiah untuk pembakuan ini: nihil!
3.2. PENGUSIRAN SETAN... Sebagian hamba-hamba Gereja mengembangkan metode yang baku (mereka bakukan sendiri) untuk mengusir setan: Berdoa demi nama Yesus, lalu jari dicucukkan ke telinga, atau ke tenggorokan (harus sampai muntah!), dsb. Rupanya hamba Gereja model begini tidak puas dengan keampuhan otoritas di dalam nama Yesus yang ada di dalam dirinya. (Atau tidak percaya?).
Hamba Gereja yang lain memiliki spesialisasi usir setan yang sedemikian ‘super’nya, sehingga orang-orang yang datang ke tempat kebaktiannya diharuskan membawa surat-kabar. Untuk menampung muntah mereka, sebagai bukti setannya sudah terusir! Jika belum muntah, berarti setannya masih di dalam tubuh orang itu. Dasar Alkitabiah: nihil!
3.3. ‘KESAKTIAN’ MINYAK URAPAN... sangat diandalkan oleh segolongan tertentu orang Kristen! Untuk kesembuhan penyakit, untuk menjaga rumah dari pelbagai serangan/gangguan, pelaris dagangan, membuat pohon durian jadi bisa berbuah, anjing yang mandul menjadi hamil! Semuanya dengan minyak urapan. Orang-orang ini membawa minyak-urapan kemana-mana! Dasar Alkitabiah: nihil!
Maka tersohorlah nama Pendeta yang membakukan pelayanan yang tidak Yesus bakukan! Bahkan Yesus di-kebelakang-kan jadinya!
3.4. ANDALKAN BAHASA-LIDAH! Ada pergumulan yang sulit teratasi, mengusir setan yang bandel, usaha menyembuhkan penyakit dan sebagainya. Setiap kali pelayanan buntu, pakailah bahasa-lidah! Muncul pula pengajaran mereka: jika belum berbahasa-lidah, belum kudus atau belum penuh Roh Kudus. Tanpa sadar, mereka menjadikan kalimat bahasa-lidah mereka menjadi ‘jampi’. Pembakuan danpengajaran yang dasar Alkitabiahnya: nihil!
3.5. BILUR-BILUR YESUS MENYEMBUHKAN PENYAKIT! Ini menjadi standard pelayanan, dibakukan(?) setelah seorang (beberapa?) hamba Tuhan menampilkan ‘kesaktian’ bilur-bilur Yesus. Mereka berdoa dengan menyebutkan bilur-bilur Yesus, dan beberapa kesembuhan ajaib terjadi. (Padahal Iblis juga dapat melakukan perbuatan-perbuatan ajaib [Why.16:14], bahkan memberi nyawapun mampu [Why.13:15]). Dasar Alkitabiah: Yes.53:5 dan 1Ptr.2:24 yang keliru ditafsirkan. {Konteks Yes.53:4 memang mengenai penyakit dan kesengsaraan manusia, tetapi ayat-5 sudah berganti konteks: pemberontakan dan kejahatan manusia! Jadi: penyakit-rohani manusia... Begitu pula 1Ptr.2:24 (Rasul Petrus mengutip Yes.53:5) berbicarra tentang dosa, penyakit-rohani manusia... Maka bilur-bilur Yesus, yang mencucurkan darah Yesus... darah Yesus itulah yang bekerja membasuh kita dari dosa-dosa, menyembuhkan penyakit-rohani manusia. Bukan untuk kesembuhan penyakit jasmani manusia... Waspadalah!}
Sementara itu, apakah bilur-bilur Yesus merupakan milik Yesus sejak semula? Tidak demikian. Kebenarannya adalah: Darah Yesusu adalah milikNya sejak semula, tetapi bilur-bilur Yesus adalah hasil kedurjanaan Iblis. Hasil karya (penyiksaan) Iblis atas Tokoh Yesus! Janganlah pengikut Yesus mengandalkan hasil karya Iblis dalam pelayanan mereka.
3.6. DAN LAIN-LAIN...
Banyak sekali kemelesetan dalam bentuk membakukan yang Yesus tidak baku-kan... Tidak cukup ruangan dalam buku kecil ini untuk merekam seluruhnya! Sederhananya: janganlah manusia membakukan sesuatu yang Yesus tidak bakukan. Hal itu berarti anda sedang mengembangkan pemuridan tersendiri. Mungkin menyampaikan Injil yang lain!
BEBERAPA CATATAN:
Jangan kiranya ada Pembaca yang keliru mengerti penyampaian di dalam Lampiran ini! Penulis tidak bermaksud menyatakan bahwa Baptisan-air begini-begitu adalah suatu dosa, sama sekali bukan! Tetapi pertengkaran di seputar baptisan-air, menonjolkan kebenaran sendiri, menjadi bibit-dosa! Menguntungkan si Iblis.
Penulis juga tidak mengatakan bahwa pel ayanan menggunakan minyak (urapan atau lainnya) adalah salah. Yang salah adalah jika setiap pelayanan harus selalu meng-andalkan minyak, bisa membawa kepada berhala minyak-ini atau minyak-itu. Seperti air zam-zam atau air lainnya, yang cenderung dianggap sakti oleh umat yang tidak mengerti urusan.
Perjamuan Kudus(?) tidak salah, tetapi jika digunakan secara di luar maksud yang Yesus tetapkan [Luk.22:19-20], itu sudah meleset. Iblis pasti berusaha mengambil keuntungan dari setiap kemelesetan yang dilakukan oleh pelayan-pelayan Gereja!
--o0o--
BUKU/TRAKTAT KHUSUS BAGI KAUM INJILI
1. DUA RAS DOMBA KRISTIANI... Sudut pandang Yesus tentang umat Kristiani: Ada Golongan Umat (Agamawi), ada Golongan Murid [Mat.28:19-20] atau Kaum Injili. Golongan Murid-lah yang diandalkanNya melaksanakan Amanat Agung itu.
2. IBADAH SEJATI KAUM INJILI... Di samping ibadah-gerejawi oleh Umat Agamawi ada pula Ibadah Sejati [Rm.12:1;Yak.1:27;Yoh.17:4] para murid Yesus (Kaum Injili).
3. MEMBEBASKAN DIRI DARI HINGAR-BINGAR... Hingar-bingar pelbagai dogma dan ajaran Gerejawi sungguh meletihkan dan membingungkan umat! Ada larangan makan darah, ada yang membolehkan; ibadah harus Hari Sabtu, tetapi ada yang memastikan: harus Hari Minggu! Pelbagai cara pembaptisan-air menjadikan situasi semakin ramai... dan runyam! Keluarlah dari hing-bing Theologis itu!
4. PENGAKUAN IMAN KAUM INJILI... Sikap iman Kaum Injili ini mempertegas pelbagai Pengakuan Iman Kristiani yang dibakukan di pelbagai Sekte/Denominasi. Pelajari dan nyatakanlah pengakuan iman anda, jika anda ingin maju di dalam pengiringan akan Yesus Kristus.
5. PASTIKAN MITRA-PERJANJIAN ANDA... Setiap orang beroleh karunia dari Theos: Hak Azasi dan Kehendak Bebas, yang tidak boleh ditindas oleh pihak lain. Orang Kristen yang sadar-hukum sewajarnyalah meneliti Mitra Perjanjian (Baru) yang dipegang/dianutnya. Keliru Mitra berarti meleset Perjanjian, mungkin membawa anda menuju muara yang tidak anda sukai (neraka!) Telitilah!
6. SATU BATU KARANG... Setiap orang yang mendengar perkataanKu dan melaku-kannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas satu batu karang (terjemahan diperbaiki). Berapa batu karangkah landasan iman anda? Pengikut Yesuskah anda? Atau pengikut Musa? Atau pengikut Muhammad?
--o0o--