Silahkan anda membaca dan menguji tulisan ini dengan hati yang terbuka dalam tuntunan Roh Kudus, dengan berkat dari Tuhan Yesus. Semoga anda beroleh kebenaran. Berdoalah!
Pertanyaan pada judul di atas tentunya akan memancing banyak jawaban, atau kemungkinan bisa menimbulkan banyak respon sebagai misal; “apa sih maksudnya menjala manusia?”, atau “apa iya kita perlu menjala manusia!”, atau “pertanyaan itu mengada-ngada!”, atau “ah sudahlah!, kerjakan saja kerjaan kita, lupakan pertanyaan itu!”, atau “memang penting sih, tapi gimana caranya?”. Penulis sendiri dulu juga tidak bisa menjawab pertanyaan di atas, hal ini disebabkan karena anggapan apabila sudah tardidi (dibaptis masa anak-anak), malua (naik sidi), apalagi ditambah dengan status anak seorang Sintua senior (pekerja gereja, pen.) gereja suku terbesar di Indonesia dan rajin ke gereja maka sudah selesai urusan sebagai orang Kristen! Itulah dulu “quality standard” (ukuran mutu) yang penulis yakini untuk menjadi seorang Kristen. Bahkan pernah berpikir bahwa orang Kristen yang masuk ke dalam “quality standard” tadi sudah cukup modal untuk bisa menjadi “orang Kristen yang baik”. Justru pikiran yang seperti ini malah memunculkan arogansi rohani dan mengandalkan diri sendiri dan jarang sekali memikirkan orang lain, boro-boro mikirin menjala manusia! Penulis tidak tahu apakah saudara-saudara terkasih pernah (atau sedang) mempunyai pikiran yang sama, namun hakekat pertanyaan di atas akan semakin terasa pada saat kita mau mendengarkan Tuhan dan mencoba melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
atau