Satu Nama Cukup

January 2013 · 2 minute read

Mampukah Saudara mengambil sudut-pandang umat non-Kristen yang mengamat-amati kelakuan orang Kristen di Indonesia? Jika tidak mampu, barangkali Saudara cukup rendah hati untuk menyimak kutipan pendapat mereka tentang orang Kristen? Inilah tudingan mereka:

”Orang-orang Kristen di Indonesia ini seperti orang bingung! Mereka mengaku Monotheist, penyembah satu sesembahan, tetapi mereka menyeru-nyeru banyak nama! Mereka memanggil Yesus selaku Tuhan, tetapi menyeru juga Allah, dianggap BapaNya Yesus. Orang Nias menyeru Lowalangi selaku BapaNya Yesus. Orang Batak lebih bingung lagi nampaknya; mereka memanggil Allah dalam kebaktian berbahasa Indonesia di Gereja mereka, lalu menyeru lagi Debata, jika mereka berbahasa Batak; masih ditambah lagi dengan Jahowa, rupanya dijiplak dari Agama Yahudi. Sudah balik kepada iman animistis rupanya mereka, menyembah banyak ilah!”

Mari, bandingkanlah dengan umat muslim, mereka mengaku Monotheist dan kencang menyeru satu nama saja: Allah! Tidak dapat ditawar-tawar; Allah adalah nama-pribadi Yang Mahatinggi (begitu iman mereka), dan di negeri mana saja muslim berada, berbahasa apapun mereka, tetap satu itu yang mereka seru: ”Allah!”

Umat Yahudi yang mengaku Montoheist juga bersikap serupa; satu nama cukup bagu mereka, di manapun ereka berada: ”Yahweh!” Itu ’harga-mati’! Orang Kristen di Indonesia menyeru-nyeru nama-nama-pribadi: Yesus, Allah, Yahweh, Jahowa, Debata, Naibata, Lowalangi, Puang Matua, banyak lagi, sesembahan yang diajarkan oleh para leluhur mereka ketika masih dalam kegelapan!

Risiko yang berat nyaris tidak disadari oleh orang Kristen di Indonesia, kalau mereka menyeru-nyeru sesembahan sesuka hati tanpa perduli pesan-pesan Juruselamat tentang Yang Mahatinggi! Risiko itu: kehilangan keselamatan kekal mereka, jika mereka mengeraskan hati dalam kesewenangan mereka kurang menghargai Juruselamat.

Baca selengkapnya