Sepuluh Persen Saja?

January 2000 · 2 minute read

SUATU CERITA FIKTIF … Suatu kali saya mengemudikan mobil di pedalaman di daerah Jambi. Di kiri saya duduk seorang kenalan, baru datang dari Kubu, dari suatu desa yang sangat terpencil, hanya memiliki ‘jalan tikus’ saja. Inilah pertama kalinya orang Kubu itu menumpang kendaraan yang bernama mobil.

Di suatu persimpangan kami menjumpai lampu lalu-lintas menyala, berwarna hijau. Maka kendaraan saya jalankan terus, tanpa mengurangi kecepatan. Rupanya orang Kubu itu diam-diam memperhatikan suasana lalu lintas dan pengemudian yang saya lakukan. Pada persimpangan lain, nyala lampu lalu-lintasnya kami jumpai berwarna merah. Tentu saja saya menginjak rem, memperlambat mobil. Tiba-tiba pundak saya ditepuknya; saya menoleh ke kiri, melihat si Kubu yang berkata: “Laju terus, pak!” Saya sungguh heran, dan bertanya: “Kenapa saya harus melaju?” Dia menunjuk lampu lalu-lintas seraya berkata: “Lihat itu, warna merah. Merah tanda berani, bukan?”

Rekan saya, orang Kubu itu sudah gagal memahami pesan lalu-lintas! Mengapa demikian? Karena dia tidak menangkap pesan (merah-kuning-hijau) seturut wawasan berpikir sumber pesan itu: Peraturan Lalu-Lintas!

Saudara yang terkasih, ada suatu dalil berkomunikasi yang berlaku di seluruh jagat raya, sah berlakunya:

Setiap pesan harus dipahami seturut wawasan-berpikir sumbernya!

Begitu pula yang berlaku bagi pesan-pesan yang direkam di dalam Alkitab! Belum tentu semua pesan-pesan disana disajikan seturut wawasan-pikiran manusia! Maka seluruhnya perlu dipahami seturut wawasan-berpikir sumber-nya: (Kerajaan) Sorga!

Dalam Traktat ini kita akan meninjau suatu kasus ‘Persembahan Persepuluhan’ (P10%), dibahas dalam lingkup ‘Persembahan’ secara keseluruhan. Di manakah direkam perintah untuk menyampaikan Persembahan Persepuluhan? Saudara-saudara yang berada di lingkungan Gerja Injili tentu akan cepat menjawab; Dalam Kitab Maleakhi.

Baca selengkapnya

Atau

Baca selengkapnya