Sering terbaca di media masa tentang seorang penjahat yang buron ke luar negari dengan menggunakan paspor palsu, berarti dengan menggunakan nama samaran atau alias atau nama palsu. Atau tentang seorang perayu wanita yang selalu memberi nama palsu kepada pria yang dikencaninya agar jangan terungkap bahwa ia bergaul intim dengan beberapa pria sekaligus! Pernahkan anda membaca tentang pemimpin pemberontak yang selalu sembunyi dan berpindah-pindah tempat dengan menggunakan nama-nama samaran yang berubah-ubah demi menghindari penangkapan? Sebaliknya, mungkinkah seorang Kepala Negara yang sah menggunakan lebih dari satu nama?
Pembaca yang terkasih, saya menyembah Tuhan Yang Esa. Rasanya anda juga mengakui menyembah Tuhan Yang Esa! Nah… berapakah nama Tuhan yang anda gunakan di dalam menyembah Dia? Lebih dari satu nama? Maka jadilah Tuhanmu itu mirip dengan penjahat yang gemar bergonta-ganti nama! Atau anda sedang menjadika Tuhanmu itu penjahat, karena anda memanggil Tuhanmu dengan berbagai alias"?
Sebaliknya bagi saya, Posma Situmorang. Yang saya sembah adalah Tuhan Yang Esa, maka saya menyembah Dia dengan satu nama saja, nama-nama lain tidak sah! Jelaslah sekarang, bagi Tuhan yang saya sembah: ESANAMANYA!!
Atau barangkali anda sedang menganggap bahwa beragam nama Tuhan yang anda gunakan itu berangkat dari masalah lidah atau bahasa? Perbedaan ucapan karena perbedaan suku bangsa ? Wah…rupanya anda menganut bahwa nama dapat diterjemahkan, begitu?
Saudara… tanyakanlah pada orang yang mengerti bahasa Batak, apakah artinya kata : pos ma…? Segera mereka akan memberitahu anda “Kata itu artinya yakinlah!” Tetapi cobalah sodorkan agar mereka menterjemahkan yang tertulis berikut: POSMA. Mereka tidak mau menterjemahkannya. Mereka tidak berani. Mengapa ? Sebab pos ma dan POSMA tidak sama, kendati dilafalkan sama ! pos ma adalah sekedar kata-kata, sehingga boleh diterjemahkan, tetapi POSMA adalah nama, tidak boleh diterjemahkan.
Dan ketahuilah, saudara yang terkasih, kalaupun posma untuk bahasa Tagalog (misalkan) berarti ‘berlian yang indah’, saya tidak akan menggantinya, sebab itu adalah nama pribadi, yang akan saya sandang sampai Hari Penghakiman! Saya akan tetap memelihara nama itu; begitulah hakekatnya sebuah nama. Sekarang apakah anda masih berpendapat bahwa nama Tuhan boleh diterjemahkan begitu saja? Disesuaikan dengan dialek daerah ? Betapa khianatnya anda terhadap Tuhan! Atau barangkali anda menganut paham bahwa kepada orang Yahudi, Tuhan Mahapencipta memperkenalkan dirinya sebagai Yahweh, sementara kepada bangsa Cina, Ia memperkenalkan diriNya dengan nama Thian Tik Kong?
Tahukah anda binatang yang bernama bunglon yang mampu berubah warna menurut keadaan di sekelilingnya? Apakah anda menganggap Tuhan bersifat seperti bunglon, sehingga Ia menyesuaikan diri dengan bahasa, dialek dan dengan sastra suku-suku bangsa? Demi nama Yesus saya tolak konsep yang keji itu! Bagi saya, cukuplah ESANAMANYA.
Lebih tepat jika kita tuduh Iblis yang bermental bunglon, demi keberhasilan penyamarannya dan demi kesuksesan penipuan yang dilakukannya! Iblis yang gemar memberi nama-nama Tuhan palsu di setiap suku bangsa, agar bangsa-bangsa menyembah Iblis. Hal ini akan anda lihat pada bagian-bagian mendatang.